digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Akmal Rafi Wirawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kayu lapis menjadi salah satu produk turunan kayu dengan jumlah permintaan tinggi. Kayu sengon (Falcataria moluccana) sebagai kayu cepat tumbuh banyak digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Namun, tingginya permintaan tidak sebanding dengan persediaan bahan baku yang tersedia, sehingga memerlukan suatu bahan substitusi untuk menggantikan kayu. Kayu lapis terutama untuk material bangunan yang berasal dari kelas awet rendah seperti sengon tentunya perlu dilakukan penanganan untuk menjaga keawetan dan ketahanannya dari organisme perusak seperti rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus L.). Selain itu juga, kayu lapis sebagai material bangunan harus memiliki karakteristik redaman suara yang baik. Oleh karena itu, pencampuran pengawet Biflex 25 EC ke dalam perekat merupakan suatu cara untuk mengawetkan kayu lapis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi penambahan Biflex 25 EC pada kayu lapis hibrid yang terbaik untuk ketahanan dan karakteristik akustik. Variasi konsentrasi Biflex 25 EC yang digunakan adalah A (2,5 mL/L), B (5 mL/L), dan C (6,25 mL/L) yang dicampurkan ke dalam resin PF yang kemudian dilabur pada vinir kayu sengon. Vinir yang telah dilabur disusun dengan serat kelapa woven matt dan dilakukan kempa dingin selama 20 menit dan kempa panas selama 10 menit pada suhu 150oC dengan tekanan 20 N/mm2 hingga akhirnya menjadi kayu lapis hibrid. Pengujian yang dilakukan adalah ketahanan terhadap rayap kayu kering dan karakteristik akustik. Perlakuan penambahan Biflex 25 EC 6,25 mL/L memberikan ketahanan terbaik terhadap serangan rayap kayu kering dan perlakuan Biflex 25 EC 2,5 mL/L memberikan kemampuan redam suara terbaik.