ABSTRAK Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti COVER Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Giva Havirgus Zahara
PUBLIC Alice Diniarti
Indonesia memiliki potensi energi panasbumi yang cukup unik karena letak
sumber-sumber panasbumi yang berada di kawasan pegunungan dengan kondisi
lereng yang cukup terjal dan struktur geologi yang cukup kompleks. Pada umumnya
lapangan panasbumi memiliki temperatur tinggi yang berada di daerah vulkanik
dengan relief yang tinggi, morfologi curam, terdapat batuan alterasi hidrotermal
yang menghasilkan tanah yang cukup tebal, dan curah hujan yang tinggi. Hal
tersebut yang menjadi ancaman dalam pengembangan panasbumi yang
menyebabkan bencana longsor. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
parameter yang sangat berpengaruh terhadap kejadian longsoran di daerah
penelitian, memetakan kerentanan longsoran di area panasbumi Karaha Bodas
dengan metode Frequency Ratio (FR), metode Fuzzy Logic (FL), dan kombinasi
metode FR - FL serta mengetahui metode statistik yang lebih tepat untuk
menentukan zonasi kerentanan longsoran pada daerah penelitian.
.
Berdasarkan inventarisasi kejadian longsor yang didapat dari PVMBG, BPBD
setempat, dan penginderaan jauh, terdapat 538 kejadian longsoran pada daerah
penelitian. Data kejadian longsor tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok
secara acak, yaitu data training sebanyak 70% (377 kejadian longsoran) dan data
test sebanyak 30% (161 kejadian longsoran). Terdapat enam belas parameter yang
digunakan untuk mengetahui pengaruhnya pada kejadian longsor, di antaranya
ketinggian, kemiringan lereng, arah lereng, kurvatur, litologi, arah aliran, jarak dari
jalan, densitas kelurusan, jarak dari kelurusan, densitas sungai, jarak dari sungai,
stream power index (SPI), topographic wetted index (TWI), curah hujan,
normalized differential vegetation index (NDVI), dan tata guna tutupan lahan.
Berdasarkan nilai area under curve (AUC), parameter yang sangat berpengaruh
terhadap kejadian longsoran pada daerah penelitian dengan metode FR adalah
kemiringan lereng, tata guna tutupan lahan, densitas sungai, ketinggian, jarak dari
jalan, litologi, jarak dari sungai, curah hujan, NDVI, TWI, dan kurvatur. Parameter
yang sangat berpengaruh terhadap kejadian longsoran pada daerah penelitian
dengan metode FL adalah kemiringan lereng, tata guna tutupan lahan, densitas sungai, jarak dari jalan, ketinggian, litologi, curah hujan, dan jarak dari sungai.
Parameter yang sangat berpengaruh terhadap kejadian longsoran pada daerah
penelitian dengan kombinasi metode FR - FL adalah kemiringan lereng, tata guna
tutupan lahan, densitas sungai, jarak dari jalan, ketinggian, litologi, curah hujan,
dan jarak dari sungai.
Berdasarkan validasi menggunakan kurva ROC menunjukkan bahwa metode FR
mempunyai nilai AUC 0,786 untuk success rate dan 0,793 untuk prediction rate
lebih baik dibandingkan menggunakan metode FL (nilai AUC 0,642 untuk success
rate dan 0,651 untuk prediction rate) dan kombinasi Metode FR - FL (nilai AUC
0,721 untuk success rate dan 0,702 untuk prediction rate), sehingga dapat
dikatakan metode FR berdasarkan kurva ROC memiliki tingkat akurasi yang lebih
baik dibandingkan dengan metode lainnya. Berdasarkan validasi dengan analisis
Seed Cell Area Index (SCAI), peta zonasi kerentanan longsoran yang dihasilkan
oleh metode FR memiliki hasil yang lebih baik pada zonasi kerentanan tanah yang
sangat rendah, menengah, dan tinggi dengan nilai SCAI yang paling tinggi dan
paling rendah. Peta zonasi kerentanan longsoran yang dihasilkan oleh metode FL
memiliki hasil yang lebih baik pada zonasi kerentanan tanah yang rendah dengan
nilai SCAI yang tinggi. Peta zonasi kerentanan longsoran yang dihasilkan oleh
kombinasi metode FR - FL memiliki hasil yang lebih baik pada zonasi kerentanan
tanah yang tinggi dengan nilai SCAI yang paling rendah. Berdasarkan validasi
analisis spatial domain, metode FR menghasilkan tingkat kebenaran piksel yang
lebih tinggi dibandingkan metode FL dan kombinasi metode FR – FL. Berdasarkan
hasil penelitian disimpulkan bahwa metode FR memiliki akurasi lebih baik
daripada metode FL dan kombinasi metode FR - FL untuk zonasi kerentanan
longsoran pada area panasbumi Karaha Bodas dan sekitarnya.