digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Qiston Naufal Javirian
PUBLIC Alice Diniarti

Air asam tambang merupakan masalah lingkungan serius yang mempengaruhi banyak negara termasuk Indonesia. Air asam tambang memiliki pH yang rendah dan mengandung berbagai ion logam berat dalam konsentrasi yang tinggi. Jika dibuang ke sungai tanpa pemrosesan terlebih dahulu, air asam tambang dapat melukai, meracuni, dan membunuh makhluk hidup yang tinggal di dalam dan sekitar sungai. Perusahaan tambang sudah memproses air asam tambang dengan bahan kimia, namun cara ini mahal dan memiliki kekurangan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan metode remediasi air asam tambang alternatif yang murah, efektif, dan ramah lingkungan. Salah satu metode alternatif pengolahan air asam tambang adalah menggunakan clay. Clay dapat digunakan sebagai adsorben logam berat dalam air asam tambang karena memiliki luas permukaan kontak dan kapasitas penukar kation yang besar. Untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi, clay telah dilakukan beberapa modifikasi pada clay seperti perlakuan panas, perlakuan asam, organoclay, pillared clay, clay nanokomposit, dan clay homoionik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari modifikasi clay yang paling bagus untuk mengadsorpsi logam berat Pb2+, Mn2+, Fe3+, dan Cu2+ dan karakteristik adsorben yang baik untuk adsorpsi logam tersebut. Clay dengan kapasitas adsorpsi tertinggi untuk adsorpi Fe3+, Mn2+, Pb2+, Cu2+, dan SO42- secara berurutan adalah: acid modified smectite, nanolignocellulose montmorillonite, sepiolite-okida besi-oksida mangan, acid-activated montmorillonite dan trimethyldecylammonium bromide bentonite. Karakteristik yang mempengaruhi adsorpsi clay adalah CEC, luas area dan volume pori dengan kapasitas adsorpsi clay akan tinggi apabila nilai CEC (kapasitas penukar kation), luas permukaan dan volume pori besar. Hampir semua modifikasi meningkatkan karakteristik clay dan kapasitas adsorpsi. Model adsorpsi isotermal untuk Fe3+, Mn2+, Pb2+, Cu2+ dan SO42- umumnya mengikuti model adsorpsi Langmuir. Untuk kinetika adsorpsi, kebanyakan mengikuti model pseudo second order kecuali adsorpsi Cu2+ dengan tetrabutylammonium bromide kaolinite yang mengikuti model pseudo first order.