digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dinda Fadhila Sari
PUBLIC Alice Diniarti

Singkong dikenal sebagai salah satu tanaman tropis terpenting karena permintaannya dalam bidang pangan sangat tinggi. Begitu pula dengan daun singkong yang kaya akan protein, mineral, dan vitamin dapat dikonsumsi sebagai sayuran maupun diolah menjadi berbagai produk seperti produk sekunder hidrolisat protein. Dari kegiatan pertanian maupun olahan komoditas singkong dihasilkan produk samping yang masih belum banyak dimanfaatkan dan sering dianggap limbah. Valorisasi limbah yang dihasilkan dari pertanian singkong, pengolahan umbi singkong, maupun proses produksi hidrolisat protein dari daun singkong dapat memberikan nilai secara ekonomi sekaligus memecahkan masalah lingkungan yang dapat muncul. Pada penelitian ini, batang, kulit, dan umbi singkong serta limbah daun singkong sisa ekstraksi hidrolisat protein digunakan sebagai substrat pertumbuhan jamur Ganoderma lucidum untuk pembentukan produksi biokomposit berbasis miselium. Komposisi bahan yang digunakan didasarkan pada rasio karbon dan nitrogen (C/N) yang terkandung pada masing-masing bahan untuk memenuhi variasi rasio C/N substrat pertumbuhan jamur sebesar 40, 50, dan 60 tanpa penambah nutrisi dari sumber lain. Untuk meningkatkan karakteristik mekanik biokomposit, pada substrat dengan rasio C/N 60, dilakukan variasi tanpa dan dengan penambahan 0,2% cellulose fiber yang diisolasi dari batang singkong menggunakan metode fibrilasi mekanik. Pertumbuhan jamur dibagi melalui dua tahap fermentasi. Fermentasi pertama adalah tahap inisiasi dan kolonisasi jamur pada substrat yang berlangsung selama 14 hari dan fermentasi kedua adalah proses pertumbuhan jamur pada wadah tertentu untuk membentuk biokomposit sesuai bentuk yang diinginkan. Pada tahap fermentasi pertama, jamur diharapkan dapat tumbuh dengan merata diseluruh permukaan substrat sehingga dihasilkan biokomposit dengan bentuk yang baik pada fermentasi kedua. Pada fermentasi kedua dilakukan variasi waktu yaitu 8, 10, dan 12 hari. Perolehan biokomposit tertinggi dengan miselium yang tumbuh merata dihasilkan pada variasi rasio C/N 50 selama 8 hari fermentasi yaitu sebesar 51,48 ± 5,480%. Biokomposit dengan kerapatan tertinggi yaitu 0,376 ± 0,006 g/cm3 dihasilkan pada variasio rasio C/N 50 selama 10 hari. Daya absorpsi terendah terevaluasi pada biokomposit dengan variasi yang sama yaitu sebesar 157,93% ± 14,356%. Biokomposit yang dihasilkan memiliki kadar air sebesar 3,81 ± 0,216% hingga 12,07 ± 0,262%. Sementara untuk kadar abu terkandung berdasarkan pengujian yaitu sebesar 3,92 ± 0,643% hingga 7,24 ± 0,304%. Penambahan cellulose fiber berpengaruh nyata secara statistik terhadap kerapatan dan daya absorpsi biokomposit berdasarkan p-value (<0,05) hasil ANOVA dari regresi faktorial.