digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

15317002_Cover-Lembar Pengesahan-Abstrak TA.pdf)u
PUBLIC Garnida Hikmah Kusumawardana

Pertumbuhan jumlah penduduk di DAS Citarum mengarah pada peningkatan permintaan air untuk berbagai kepentingan manusia seperti kebutuhan domestik, pertanian, industri, hingga energi. Dengan diterapkannya Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM), diperlukan pengalokasian kebutuhan debit lingkungan sebagai Debit Penjagaan Ekosistem dan Kualitas Air. Penentuan kuantitas aliran tersebut di dalam studi ini menggunakan data debit harian Stasiun Nanjung tahun 1974-2019 (periode analisis) dengan metode hidrologi yang terdiri dari Q95, 7Q10, Metode Tennant, Metode Tessman, dan Global Environmental Flow Calculator (GEFC) software. Dari hasil studi, GEFC Kelas D mengalokasikan debit rata-rata 26,31 m3/s (33,5% dari MAF). Debit dari Q95, 7Q10, dan Metode Tennant (fair/degrading) berada di bawah Kelas D sehingga kurang andal untuk pemeliharaan ekosistem di Sungai Citarum. Metode Tessman mengalokasikan rata-rata 37,53 m3/s (47,79% dari MAF), namun terlalu tinggi untuk Sungai Citarum yang terletak di wilayah padat penduduk. Seri data debit harian tahun 1919-1935 (periode dasar) digunakan untuk membandingkan kondisi hidrologi. Analisis rezim aliran melalui besaran debit, variabilitas, dan musim aliran, menunjukkan terjadinya perubahan hidrologi dari periode dasar ke periode analisis, dengan meningkatnya nilai Mean Annual Flow (68,21 m3/s menjadi 78,53 m3/s) dan nilai koefisien variasi (0,205 menjadi 0,378), serta berubahnya jumlah bulan untuk high flow (6 bulan menjadi 7 bulan) dan low flow (3 bulan menjadi 2 bulan). Perubahan hidrologi dikaitkan dengan peristiwa El Niño and Southern Oscillation (ENSO) dan perubahan tutupan lahan. Koefisien Korelasi Pearson dan signifikansi Uji-t dua arah (? = 5%) digunakan untuk menguji hubungan debit dan indeks ENSO yang berupa Sea Surface Temperature Anomaly (SSTA) Niño 3.4, dengan hasil adanya korelasi yang signifikan pada kedua variabel uji untuk data periode analisis, karena adanya perubahan perilaku ENSO sejak pertengahan 1970-an. Perubahan tutupan lahan di DAS Citarum Hulu yang terjadi antara tahun 1990-2016 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan luas hutan primer dan peningkatan luas urban atau daerah terbangun sehingga memengaruhi debit limpasan permukaan.