digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Saskia Ardine Zhafira
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kumis kucing adalah salah satu jenis tanaman obat yang telah dibudidayakan di Indonesia yang mempu digunakan sebagai obat berbagai penyakit seperti hipertensi, hepatitis, dan diabetes karena memliki berbagai bahan aktif, salah satunya adalah sinensetin. Data permintaan kumis kucing dalam negeri dapat mencapai 20-40 ton/tahun dan permintaan ekspor mencapai 180 ton/ha pada tahun 1990-2005. Produkitivitas kumis kucing sendiri terbilang masih rendah di Indonesia, dengan 0,25 ton/ha di Sukabumi tahun 2015 dan 0,253 ton/ha di Jawa Barat tahun 2016, oleh karena itu diperlukan usaha dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Salah satu cara adalah dengan melakukan rekayasa terhadap media tumbuh tanaman dengan pemberian pupuk anorganik dan PGPR. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) adalah mikroorganisme yang hidup di daerah perakaran tanaman dan mampu memberikan manfaat sebagai bioprotektan, biostimulan, dan biofertilizer. Pupuk anorganik mampu memberikan jumlah hara yang sesuai dengan perhitungan kebutuhan tanaman secara lebih tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis PGPR dan pupuk anorganik yang optimal terhadap biomassa daun dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing. Penelitian dilakukan dengan sistem rancangan acak kelompok (RAK) 2 faktor dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan yang berlokasi di lahan kering di Desa Tanjungsari, Jawa Barat. Hasil penelitian kemudian dianalisis di laboratorium SITH mulai Oktober 2021 hingga Maret 2021. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dosis PGPR optimum untuk biomassa daun dan kadar sinensetin kumis kucing adalah 3 ml/L dan 6 ml/L, sementara dosis pupuk anorganik optimum untuk biomassa daun dan kadar sinensetin kumis kucing adalah 5,9 g urea, 3,44 g KCl, 2,76 TSP.