ABSTRAK Muhammad Helmi Falah Nur
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB
Budaya kreatif dan perkembangan IPTEK telah menciptakan revolusi industri 4.0, yaitu industri
ekonomi kreatif & digital. Industri ekonomi kreatif merupakan fenomena industri terkini yang sedang
menjadi sebuah tren baru dan memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional akhir-akhir
ini. Berbeda dengan jenis industri lain, industri ini digerakkan oleh sumber daya terbarukan, yaitu
sumber daya intelektual yang mengedepankan kreativitas dan inovasi sehingga banyak diminati oleh
generasi milenial sebagai pelaku utama yang sedang mengalami bonus demografi di Indonesia.
Industri ekonomi kreatif berpotensi menjadi faktor ekonomi yang berkelanjutan dalam perekonomian
nasional di masa depan. Terlebih lagi, perkembangan industri ekonomi kreatif nasional beberapa
tahun belakangan ini menunjukkan bukti nyata sebagai modal dari pengembangan industri ini.
Arsitektur merupakan salah satu respons yang tepat dalam menanggapi fenomena ini. Arsitektur
dapat berperan dalam menciptakan wadah kolaborasi yang memfasilitasi kebutuhan komunitaskomunitas ekonomi kreatif dan digital dan wadah sebagai ruang ketiga yang dapat menanamkan dan
memengaruhi budaya kreatif kepada masyarakat umum. Maka dari itu, Creative space berbasis ruang
publik menjadi solusi tipologi perancangan. Tujuan proyek ini adalah untuk menciptakan wadah
kolaborasi untuk menanamkan serta membudidayakan budaya kreatif dan mengakomodasi
pengembangan industri ekonomi kreatif di Indonesia sekaligus menciptakan hubungan mutualisme
antara komunitas ekonomi kreatif dengan elemen masyarakat. Selain itu, proyek ini juga diharapkan
dapat berperan dalam mewujudkan gaung baru dari BSD City sebagai Integrated Creative & Smart
Digital City berhubungan dengan lokasi proyek yang berada di Digital Hub BSD City, kawasan yang
direncanakan menjadi pusat industri ekonomi kreatif dan digital atau Sillicon Valley-nya Indonesia.
Terdapat 4 fungsi ruang yang menjadi lingkup utama dari perancangan creative space ini, yaitu
fungsi kolaborasi, fungsi apresiasi, fungsi edukasi, dan fungsi rekreasi untuk penggunanya berkreasi,
berinovasi, dan membentuk komunitas. Fungsi-fungsi ruang tersebut ditujukan untuk menciptakan
creative space berbasis ruang publik sebagai taman kolaborasi dengan sifat ruang yang kreatif,
inovatif, rekreatif, dan interaktif. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dan lingkup dari proyek ini,
persoalan perancangan yang diangkat adalah fleksibilitas, sustainable intelligent building, interaksi
sosial, dan lingkungan restoratif.
Kemudian, persoalan-persoalan yang diangkat dikembangkan menjadi landasan konsep
perancangan berdasarkan teori-teori peneliti yang terkait. Teori “Spatial Quality of Creative” yang
dikemukakan oleh Katja Thoring (2019) menjadi landasan perancangan dari tipologi creative space
dengan kriteria perancangan source of stimulation, knowledge processor, indicator of culture, process
enabler, dan social dimension. Teori “Flexibility in Architecture” yang dikemukakan oleh Geoff (2007)
menjadi landasan dari persoalan fleksibilitas dengan kriteria perancangan adaptable & universal,
transformable, responsive, dan variety. Teori “Intelligent Building Criteria Selection” yang
dikemukakan oleh Omar (2018) menjadi landasan dari persoalan Sustainable Intelligent Building
dengan kriteria perancangan intelligent skins, building automation system, energy management
system, sensors, smart materials, passive design, dan renewable resources. Teori “Proxemic Behavior”
yang dikemukakan oleh Edward T. Hall (1960) menjadi landasan dari persoalan interaksi social dengan
kriteria perancangan proximity, sociopetal, dan passive contact. Teori “Attention Restoration Theory”
yang dikemukakan oleh Kaplan (1989) menjadi landasan dari persoalan lingkungan restoratif dengan
kriteria perancangan being away, extent, compatibility, dan fascination.
Secara garis besar, konsep perancangan pada creative space ini adalah creative & digital
placemaking, flexible architecture, smart sustainable architecture, dan biophilic architecture, yang
diterapkan pada eksterior maupun interior. Rancangan ini memiliki 2 massa utama yang dihubungkan
oleh infinity-bridge sebagai ikon arsitektur dan mengusung konsep ruang mix-use millennials creative
space dengan working environment yang unik dengan meleburkan ruang dalam serta ruang luar untuk
mewadahi target pengguna dan berbagai aktivitas yang ditujukan dari rancangan ini. Rancangan ini
juga menerapkan berbagai sistem variasi struktur mulai dari struktur post-beam sederhana dan
dikolaborasikan dengan struktur bentang panjang seperti space frame, diagrid, dan tensile structure
yang kompleks, sehingga penerapan variasi struktur pada rancangan ini juga menjadi suatu nilai
estetika tersendiri