digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Helmi Falah Nur
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Budaya kreatif dan perkembangan IPTEK telah menciptakan revolusi industri 4.0, yaitu industri ekonomi kreatif & digital. Industri ekonomi kreatif merupakan fenomena industri terkini yang sedang menjadi sebuah tren baru dan memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional akhir-akhir ini. Berbeda dengan jenis industri lain, industri ini digerakkan oleh sumber daya terbarukan, yaitu sumber daya intelektual yang mengedepankan kreativitas dan inovasi sehingga banyak diminati oleh generasi milenial sebagai pelaku utama yang sedang mengalami bonus demografi di Indonesia. Industri ekonomi kreatif berpotensi menjadi faktor ekonomi yang berkelanjutan dalam perekonomian nasional di masa depan. Terlebih lagi, perkembangan industri ekonomi kreatif nasional beberapa tahun belakangan ini menunjukkan bukti nyata sebagai modal dari pengembangan industri ini. Arsitektur merupakan salah satu respons yang tepat dalam menanggapi fenomena ini. Arsitektur dapat berperan dalam menciptakan wadah kolaborasi yang memfasilitasi kebutuhan komunitaskomunitas ekonomi kreatif dan digital dan wadah sebagai ruang ketiga yang dapat menanamkan dan memengaruhi budaya kreatif kepada masyarakat umum. Maka dari itu, Creative space berbasis ruang publik menjadi solusi tipologi perancangan. Tujuan proyek ini adalah untuk menciptakan wadah kolaborasi untuk menanamkan serta membudidayakan budaya kreatif dan mengakomodasi pengembangan industri ekonomi kreatif di Indonesia sekaligus menciptakan hubungan mutualisme antara komunitas ekonomi kreatif dengan elemen masyarakat. Selain itu, proyek ini juga diharapkan dapat berperan dalam mewujudkan gaung baru dari BSD City sebagai Integrated Creative & Smart Digital City berhubungan dengan lokasi proyek yang berada di Digital Hub BSD City, kawasan yang direncanakan menjadi pusat industri ekonomi kreatif dan digital atau Sillicon Valley-nya Indonesia. Terdapat 4 fungsi ruang yang menjadi lingkup utama dari perancangan creative space ini, yaitu fungsi kolaborasi, fungsi apresiasi, fungsi edukasi, dan fungsi rekreasi untuk penggunanya berkreasi, berinovasi, dan membentuk komunitas. Fungsi-fungsi ruang tersebut ditujukan untuk menciptakan creative space berbasis ruang publik sebagai taman kolaborasi dengan sifat ruang yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan interaktif. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dan lingkup dari proyek ini, persoalan perancangan yang diangkat adalah fleksibilitas, sustainable intelligent building, interaksi sosial, dan lingkungan restoratif. Kemudian, persoalan-persoalan yang diangkat dikembangkan menjadi landasan konsep perancangan berdasarkan teori-teori peneliti yang terkait. Teori “Spatial Quality of Creative” yang dikemukakan oleh Katja Thoring (2019) menjadi landasan perancangan dari tipologi creative space dengan kriteria perancangan source of stimulation, knowledge processor, indicator of culture, process enabler, dan social dimension. Teori “Flexibility in Architecture” yang dikemukakan oleh Geoff (2007) menjadi landasan dari persoalan fleksibilitas dengan kriteria perancangan adaptable & universal, transformable, responsive, dan variety. Teori “Intelligent Building Criteria Selection” yang dikemukakan oleh Omar (2018) menjadi landasan dari persoalan Sustainable Intelligent Building dengan kriteria perancangan intelligent skins, building automation system, energy management system, sensors, smart materials, passive design, dan renewable resources. Teori “Proxemic Behavior” yang dikemukakan oleh Edward T. Hall (1960) menjadi landasan dari persoalan interaksi social dengan kriteria perancangan proximity, sociopetal, dan passive contact. Teori “Attention Restoration Theory” yang dikemukakan oleh Kaplan (1989) menjadi landasan dari persoalan lingkungan restoratif dengan kriteria perancangan being away, extent, compatibility, dan fascination. Secara garis besar, konsep perancangan pada creative space ini adalah creative & digital placemaking, flexible architecture, smart sustainable architecture, dan biophilic architecture, yang diterapkan pada eksterior maupun interior. Rancangan ini memiliki 2 massa utama yang dihubungkan oleh infinity-bridge sebagai ikon arsitektur dan mengusung konsep ruang mix-use millennials creative space dengan working environment yang unik dengan meleburkan ruang dalam serta ruang luar untuk mewadahi target pengguna dan berbagai aktivitas yang ditujukan dari rancangan ini. Rancangan ini juga menerapkan berbagai sistem variasi struktur mulai dari struktur post-beam sederhana dan dikolaborasikan dengan struktur bentang panjang seperti space frame, diagrid, dan tensile structure yang kompleks, sehingga penerapan variasi struktur pada rancangan ini juga menjadi suatu nilai estetika tersendiri