digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Wulan Fitry Hardhiyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

Penggunaan teknologi daur ulang perkerasan atau Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) merupakan salah satu inovasi dalam mengurangi ketergantungan terhadap material baru pada pembuatan jalan baru maupun pada pemeliharaan jalan. Komponen RAP terdiri dari aspal dan agregat. Agregat pada material RAP telah mengalami perubahan fisik dan ukurannya menjadi lebih halus akibat material RAP telah menerima beban lalu lintas. Perbaikan terhadap proporsi penambahan material agregat kasar diperlukan pada gradasi material RAP sehingga dapat memenuhi spesifikasi. Aspal pada material RAP juga telah mengalami oksidasi selama melayani lalu lintas sehingga aspal menjadi lebih keras. Aspal RAP memerlukan perbaikan agar dapat mengembalikan sifat aspal, salah satunya menggunakan peremaja. Campuran hangat dan material RAP memiliki kesamaan yaitu memerlukan perbaikan dengan mereduksi viskositas aspal. Aditif Evotherm digunakan sebagai bahan pelembek aspal sebagai campuran hangat dan menjadi peremaja pada aspal RAP. Material RAP diperoleh dari tiga lokasi berbeda yaitu Jalan Tol Cikampek, Jalan Tol Purbaleunyi, dan Jalan Tol Tangerang-Merak. Campuran RAP yang digunakan adalah AC-BC dengan jenis campuran hangat pada proporsi penggunaan material RAP 30% dan material tambahan 70% serta peremaja. Kinerja campuran diketahui dengan dilakukan pengujian empiris yaitu Marshall maupun pengujian mekanistik yaitu Modulus Resilien menggunakan alat UMATTA dan ketahanan terhadap kuat lelah (fatigue) menggunakan alat four points loading kontrol strain. Penambahan proporsi material kasar paling banyak dilakukan pada campuran A2 yaitu sebanyak 34,92%, campuran A1 sebanyak 7,41% dan campuran A3 sebanyak 6,18%. Pada penggunaan material RAP, campuran dengan perbaikan penambahan material agregat kasar yang sedikit, memiliki kinerja campuran lebih baik (A1,3) dibandingkan dengan campuran yang membutuhkan perbaikan gradasi dengan penambahan agregat kasar yang lebih banyak (A2). Hal ini ditandai dengan terpenuhinya nilai kekakuan secara empiris maupun mekanistik. Adapun pada pengujian fatigue didapatkan campuran A1,A3 memiliki umur kelelahan yang tidak jauh berbeda dengan campuran kontrol A0.