digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA R Harianti Asri Dewi
PUBLIC Yoninur Almira


Metropolitan Bandung Raya merupakan kawasan strategis nasional. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan tumbuhnya perekonomian di wilayah metropolitan Bandung raya mengakibatkan tingginya pergerakan masyarakat untuk bepergian sehingga membutuhkan sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang pergerakan masyarakat. Kemudian kondisi ini berdampak pada peningkatan jumlah kendaraan yang akan meningkat serta mengakibatkan kemacetan terutama pada jam sibuk kerja di jalur utara - selatan bandung raya. Saat ini di wilayah MBR dituntut agar adanya pembangunan sistem transportasi perkotaan. Salah satu sistem transportasi yang dikembangkan adalah sistem transportasi massal yang dapat mengakomodir pergerakan di dalam kota. Penelitian ini membandingkan pada empat moda alternatif, yaitu LRT, angkutan umum eksisting, paratransit (taksi), dan kendaraan pribadi (mobil). Sedangkan moda kendaraan roda dua dan ojek tidak termasuk kedalam moda alternatif pilihan, karena dilihat dari biaya lebih rendah dan dari segi waktu tempuh lebih cepat, sehingga moda tersebut selalu lebih unggul dalam pemilihan moda perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan moda dengan menggunakan metode multinomial logit pada aplikasi biogeme. Model yang dihasilkan memiliki tingkat kekuatan sebesar 41,6%. Faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan moda antara lain waktu tempuh, jarak menuju stasiun, jumlah perpindahan (1 kali), jumlah perpindahan (2 kali), waktu tunggu (PR), usia, pendidikan (belum tamat SMA), pendidikan (sarjana S1/D4), pekerjaan (BUMN/BUMD), kepemilikan sepeda (1 unit), waktu tempuh eksisting, jarak berjalan kaki (km), alasan (waktu tempuh cepat), alasan (tidak ada alternatif lain), perpindahan angkutan umum (1 kali), dan jarak egress (km). Probabilitas yang dihasilkan pada masing-masing moda adalah LRT (67%), angkutan umum eksisting (6%), paratransit (taksi) (3%), dan kendaraan pribadi (mobil) (24%). Hal ini menunjukan bahwa adanya potensi demand pada moda alternatif LRT sebagai moda transportasi perkotaan di Bandung Raya khususnya pada jalur Babakan Siliwangi – Leuwipanjang – Soreang bagi masyarakat yang memiliki kedekatan jarak akses menuju stasiun LRT.