digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Feddy Yurniadi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kegiatan pengolahan bijih emas di Prospek Pasir Suung telah dilakukan secara intensif oleh PT Multi Utama Kreasindo (PT MUK) dengan metode carbon-in-leach (CIL) dan pelindian bertumpuk (heap leaching). Namun, studi komprehensif mengenai karakteristik mineralogi dan metalurgi dari bijih emas yang terdapat di daerah penelitian dan pengaruhnya terhadap proses pengolahan bijih emas belum dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik mineralogi dan kemampuan ekstraksi emas dari bijih emas serta untuk menentukan langkah optimasi yang dapat diterapkan dalam proses pengolahan bijih emas. Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu pemerolehan data, analisis laboratorium, pengujian metalurgi, serta pengolahan dan interpretasi data. Data yang diperoleh berupa conto bijih emas yang berasal dari lokasi penambangan terbuka di Prospek Pasir Suung yang diambil dari tubuh mineralisasi berupa urat kuarsa dan dibedakan berdasarkan karakteristik tekstur urat kuarsa yang berkembang. Analisis laboratorium yang dilakukan meliputi analisis kadar emas dengan Fire Assay dan Aqua Regia, X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffractometry (XRD), Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) dan Particle Size Distribution (PSD), sedangkan pengujian metalurgi yang dilakukan berupa pengujian Gravity Separation, Bottle Roll Leach Test (BRLT), dan Diagnostic Leach Test (DLT). Bijih emas yang diperoleh di Prospek Pasir Suung tergolong sebagai bijih urat kuarsa yang terbagi menjadi dua tipe berdasarkan tekstur urat yang berkembang secara dominan, yaitu urat kuarsa dengan tekstur masif dan lattice-bladed. Mineral pengotor (gangue) yang dominan adalah kuarsa sedangkan mineral pengotor lain yang dijumpai adalah mineral silikat berupa mineral lempung (ilit dan kaolin) dan riebeckite. Mineral bijih yang dijumpai adalah mineral oksida besi (gutit dan hematit) dan mineral sulfida (pirit). Emas yang dijumpai didominasi oleh emas mikroskopik atau emas tampak (visible gold) berupa native gold, elektrum, dan kustelite. Emas mikroskopik yang teramati berukuran sangat halus hingga halus (18-93 ?m) dan umumnya telah terliberasi dan tidak berikatan dengan mineral lainnya. Butiran emas lain yang terindikasi hadir adalah emas submikroskopik dan emas berukuran kasar (coarse gold). Indikasi kehadiran emas submikroskopik atau emas tidak tampak (invisible gold) terlihat dari hasil pengujian DLT yang diinterpretasikan berikatan dengan mineral oksida besi (gutit dan hematit), mineral sulfida (pirit), dan mineral silikat (kuarsa dan mineral lempung). Emas berukuran kasar (coarse gold) tidak teramati secara megaskopis namun indikasi kehadiran emas berukuran kasar terlihat dari hasil analisis SEM-EDS dan pengujian Gravity Separation. Berdasarkan hasil uji pelindian dengan sianida dengan metode BRLT, bijih emas dari Prospek Pasir Suung tergolong sebagai free-milling ore dengan persentase ekstraksi emas maksimum mencapai 82-94%. Hal ini menunjukkan bahwa bijih emas dari Prospek Pasir Suung dapat diolah melalui pelindian secara langsung (tanpa proses pre-treatment) dengan sianida. Karakteristik mineralogi dan metalurgi dari bijih emas yang berpengaruh terhadap proses pengolahan bijih emas melalui pelindian dengan sianida adalah mineralogi emas, liberasi butiran emas, dan ukuran butir emas. Faktor lain yang diinterpretasikan dapat mempengaruhi proses pengolahan bijih emas melalui pelindian dengan sianida adalah kehadiran mineral pengotor yang dapat mengganggu proses pelindian dengan sianida seperti cyanide consumer, preg-robber, dan deleterious mineral. Kehadiran mineral pengotor tersebut tidak dijumpai dalam penelitian ini namun potensi hadirnya mineral pengotor di lapangan dapat terjadi. Pengolahan bijih emas melalui pelindian dengan sianida terhadap bijih emas dari Prospek Pasir Suung yang berupa urat kuarsa utama dapat dilakukan dengan menggunakan tangki pengolahan. Metode pengolahan yang diterapkan oleh PT MUK untuk mengolah bijih emas tersebut adalah dengan metode CIL. Berdasarkan hasil studi karakteristik mineralogi dan metalurgi dari bijih emas dari Prospek Pasir Suung, langkah-langkah optimasi yang dapat diterapkan dalam proses pengolahan bijih emas melalui pelindian dengan sianida dengan menggunakan metode CIL berupa penentuan grind size, penambahan metode gravity concentration, kontrol konsentrasi sianida, dan penentuan residence time. Penentuan langkah-langkah optimasi tersebut disesuaikan dengan metode dan fasilitas pengolahan yang digunakan oleh PT MUK. Penerapan langkah-langkah optimasi tersebut dalam uji perlindian dengan sianida dengan metode BRLT mampu meningkatkan ekstraksi emas rata-rata pada jam ke-12 perlindian sebesar 14% dibandingkan dengan hasil pengolahan yang dilakukan oleh PT MUK. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik mineralogi dan metalurgi bijih emas yang lebih rinci dengan menggunakan metode analisis yang lebih canggih dan mutakhir maupun dengan metode pengujian dengan skala yang lebih besar akan sangat membantu untuk mengembangkan dan memperkuat hasil dari penelitian ini.