digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yulianti
PUBLIC Taupik Abidin


Pandemi Covid-19 tidak hanya menciptakan krisis di bidang kesehatan, tetapi juga memicu krisis di sektor keuangan dan ekonomi. Merebaknya COVID-19 juga telah mengguncang pasar keuangan global, termasuk di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hubungan reksa dana dengan pasar saham dan nilai tukar pada saat sebelum krisis dan kondisi krisis. Penelitian ini juga mengidentifikasi apakah terdapat interdependence atau contagion effect terhadap industri reksa dana. Periode penelitian kami adalah Januari 2016 hingga Januari 2021. Kami menerapkan uji Chow untuk mengidentifikasi apakah pandemi Covid-19 yang memicu krisis keuangan menyebabkan kerusakan struktural pada data reksadana di Indonesia. Setelah itu dilakukan uji Vector Auto Regression untuk menganalisis dan membuat model reksadana sebelum dan pada saat pandemi. Uji Granger Causality dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara return Indeks Reksa Dana di Indonesia dengan return Pasar Saham Global dan Lokal, dan juga Nilai Tukar. Selain itu, kami menyelidiki respons impuls guncangan dari variabel independen terhadap Pengembalian Indeks Reksa Dana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar saham global mempengaruhi indeks Reksa Dana di Indonesia pada saat sebelum krisis dan kondisi krisis, kecuali pengembalian Indeks Pasar Uang Syariah. Lebih jauh lagi, guncangan pada indeks S&P500 menghasilkan dampak jangka pendek, sedangkan selama krisis, dampak ini menjadi lebih besar dan lebih lama. Kami juga menemukan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam koefisien korelasi antara pengembalian Indeks reksa dana dan indeks S&P500 selama periode krisis, dan ini menunjukkan dampak penularan terhadap Industri Reksa Dana di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi pertama yang menganalisis dampak Covid-19 terhadap industri reksa dana di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan untuk membuat kebijakan guna mencegah dampak yang lebih buruk terhadap perekonomian dan kepada investor untuk mempertimbangkan strategi diversifikasi terkait dengan investasi internasional.