digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak : Visi BCA untuk menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia, mendorong perusahaan untuk dapat menghadapi tantangan bisnis yang ada saat ini. BCA telah menjadi salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia, karena mampu dalam memenangkan persaingan di bidang perbankan. Keberhasilan BCA di dunia perbankan tidak hanya ditentukan oleh keunggulan produk maupun strategi pemasarannya yang jitu, tetapi juga ditentukan oleh keberadaan budaya perusahaan yang tepat dalam memenangkan kompetisi dunia perbankan yang semakin ketat. Budaya perusahaan harus dapat mendukung visi dari perusahaan, strategi, skenario proses bisnis, struktur organisasi dan karakteristik dari sumber daya manusianya Salah satu formula yang cocok untuk menghadapi kompetisi yang makin ketat adalah budaya perusahaan yeng berbasis kewirausahaan dimana perusahaan dituntut untuk dapat berperilaku dan berpikir secara entrepreneurial guna mengantisipasi dan menjawab tantangan-tantangan tersebut. Studi ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa besar jiwa entrepreneurship dalam perusahaan tersebut dan memberikan penilaian terhadap pentingnya peran menajemen dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat intrapreneurial . Alat ukur yang digunakan adalah EOS dan ELQ yang masing-masing disebarkan pada karyawan dan jajaran managemen pada beberapa kantor cabang BCA yang berlokasi di Bandung. EOS digunakan untuk mengukur orientasi kewirausahaan secara menyeluruh dalam suatu organisasi, sedangkan ELQ bertujuan untuk mempelajari perilaku entrepreneurial berdasarkan tipologi kepemimpinan Thornberry dari manajer perusahaan maupun top management. Hasil EOS menunjukkan bahwa penilaian terhadap hampir semua dimensi kunci yaitu kecepatan, intelijen pasar, dukungan terhadap ide baru, cross-functionality, fokus, dan orientasi pada masa depan sudah sangat baik dan perlu dipertahankan. Hasil survei terhadap dimensi strategic planning, fleksibilitas, penilaian perusahaan secara umum, keberanian dalam mengambil risiko, dan orientasi individu, masih perlu diperhatikan dan dibenahi oleh perusahaan. Sedangkan dari hasil ELQ, dapat dilihat bahwa penilaian terhadap General Entrepreneurial Leadership (GEL) menunjukkan bahwa frekuensi pelaksanaan dan tingkat kepentingannya berada pada kategori yang sama (M), sedangkan untuk tipe explorer, miner, accelerator, dan integrator, terdapat gap/selisih untuk tiap tipe (masing-masing High untuk tingkat kepentingan dan Medium untuk frekuensi pelaksanaannya). Kesenjangan ini disebabkan karyawan menilai sifat-sifat manajerial tersebut penting tetapi manajer jarang mempraktikan hal tersebut. Untuk dapat mempertahankan posisinya sebagai perbankan swasta terkemuka di Indonesia, BCA perlu meningkatkan pelaksanaan budaya intrapreneurship baik untuk keadaan kulturnya maupun kepemimpinan yang entrepreneurial dalam perusahaan tersebut.