digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2021_TS_PP_Aulia Fadli_1-Abstrak.pdf?
PUBLIC Yose Ali Rahman

Sebuah klinik ibu dan anak multispesialis di Bandung memiliki masalah bisnis dimana tidak tercapainya target Key Performance Indicator (KPI) 15 days in inventory pada setiap bulan dari Juli 2018 hingga Juni 2019. KPI ini bertujuan untuk memantau kinerja inventaris. Rata-rata days in inventory adalah 21 hari. DII dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sistem persediaan, prakira permintaan dan proses operasional. Proses persediaan dimulai dari bagian Keuangan yang melakukan perencanaan dan prakira permintaan, kemudian berlanjut ke bagian Farmasi yang melakukan pengadaan dari pemasokan, dan juga mengelola depot persediaan, kemudian bagian Medis akan meresepkan dan menggunakan barang-barang dari persediaan, hingga pasien dapat menerima jasa yang dibutuhkannya, yaitu jasa medis dan obat-obatan. Beberapa akar penyebab ditemukan yang menyebabkan biaya persediaan yang tinggi dan meningkatkan days in inventory. Pertama, ketidaksesuaian model optimasi stok dengan model pengadaan. Perhitungan stock level optimization menggunakan Q-model. Namun pengadaannya dilakukan secara mingguan, yang justru mendekati model periode waktu tetap atau P-model. Akar penyebab berikutnya adalah prakira yang tidak dioptimalkan menggunakan simple moving average. Akar penyebab ketiga dan terakhir adalah inefisiensi dalam operasi inventaris, seperti fasilitas depot obat fisik yang tidak diatur dengan baik, yang memberika kesulitan ke unit Farmasi, serta perangkat lunak medis yang tidak diatur dengan benar, sehingga merepotkan bagi dokter untuk mengetahui stok saat ini dan menyebabkan kejadian untuk memberika resep ke apotek luar. Semua akar penyebab menyebabkan peningkatan persediaan dari yang diperlukan atau terjadinya kegagalan untuk menghabiskan stok yang tersedia. Beberapa alternatif solusi untuk setiap akar penyebab dianalisis; rencana yang dipilih melibatkan penerapan perbaikan dalam metode pengadaan dan proses inventarisasi klinik. Dilakuan perhitungan dan perbandingan Average Inventory Level dan ditemukan bahwa dengan Q-model order akan mencapai target 15 days in inventory. Jadi Q-model order method akan digunakan untuk perhitungan optimasi tingkat stok dan metode pengadaan. Sistem dan fasilitas database inventaris juga diterapkan agar data gudang bisa berubah secara otomatis. Menggabungkan semua solusi tersebut akan memungkinkan tercapainya target 15 days in inventory.