digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Salsabila Nur Hanifa
PUBLIC Yoninur Almira

2021 TS PP SALSABILA NUR HANIFA_JURNAL.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Hak Asasi Manusia untuk Air dan Sanitasi (HRWAS) merupakan prinsip yang mengakui bahwa air minum bersih dan sanitasi sangat penting untuk kehidupan setiap orang (PBB, 2010). Ketersediaan air bersih yang tidak memadai ataupun kualitas yang rendah dapat memberikan dampak negatif bagi manusia. Sayangnya, di Indonesia masih banyak daerah-daerah yang sulit mendapatkan akses air bersih yang layak untuk digunakan terutama pada area pedesaan. Kekeringan dan krisis air bersih juga menjadi isu pada Desa Sukamenak, Desa Margahayu Tengah, dan Kelurahan Sulaeman di Kabupaten Bandung, namun permasalahan tersebut telah diusakan penangannya. Ketiga wilayah ini dipilih dengan alasan terdapat perbedaan besar cakupan pelayanan, padahal ketiganya sama-sama diberikan bantuan infrastruktur air bersih (sumur dalam) oleh Disperkimtan. Perbedaan diantara ketiganya yaitu, Desa Sukamenak merupakan desa pertama yang diberikan program pada tahun 2007 dan dapat melanjutkannya hingga kini, Desa Margahayu Tengah pertama kali didanai tahun 2015 tetapi cakupan pelayanan sudah melebihi Desa Sukamenak yaitu hingga mencapai 100%, dan Kelurahan Sulaeman yang pembangunannya bersamaan dengan Margahayu Tengah dari segi cakupan pelayanan baru mencapai 1,5%. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi lebih lanjut perubahan yang terjadi dengan adanya infrastruktur air bersih yang dikelola oleh BUMDes dari segi akses secara objektif termasuk kuantitas, kualitas, dan aksesibilitas serta perubahan yang terjadi dari segi sosial ekonomi masyarakat. Aspek sosial ekonomi masyarakat perlu turut diidentifikasi agar dapat menjadi pembelajaran dan motivasi bagi desa-desa lain yang masih belum mengembangkan dan mengelola pemberian dana BUMDes ini secara maksimal. Aspek sosial ekonomi yang dijadikan indikator pada penelitian ini yaitu kesehatan, pendidikan, minat masyarakat, pendapatan dan pengeluaran masyarakat, tarif, biaya operasional lainnya, pemanfaatan biaya sisa, biaya pengobatan, waktu dalam pemenuhan air bersih, peluang usaha/kerja, perubahan nilai lahan, peningkatan produksi tani, investasi perusahaan, pembukaan lokasi wisata, serta hutang dan biaya operasional lainnya. Terkait pendekatan penelitian, studi ini tergolong kedalam penelitian retrospektif dengan sifat eksplanatif dan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau bisa disebut mixed method. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Uji Hipotesa sebagai analisis utama yang didukung dengan analisis statistik deskriptif dan deskriptifii kualitatif. Hipotesa penelitian yang digunakan untuk Uji Hipotesis diambil berdasarkan literatur-literatur terkait pengaruh infrastruktur air bersih terhadap sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut kalimat hipotesis penelitian yang diambil yaitu pembangunan infrastruktur air bersih dapat memberikan perubahan terhadap akses, sosial, dan ekonomi masyarakat. Setelah melakukan analisis dapat disimpulkan bahwa untuk indikator kuantitas, tingkat pemanfaatan, kejernihan air, intensitas kekeringan, aroma, warna, rasa, partikel atau pasir dalam air, cara akses, intensitas terkena penyakit kehadiran siswa, biaya tambahan operasional, dan biaya pengobatan sama seperti yang didapatkan berdasarkan literatur terdahulu bahwa pembangunan infrastruktur air bersih memberikan perubahan pada indikator-indikator tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sayangnya, untuk indikator kondisi aliran, lama aliran, dan perubahan biaya lain mendapat perubahan yang lebih buruk dari kondisi sebelumnya terutama pada musim non kemarau. Disamping itu, didapatkan bahwa untuk indikator jarak, pengeluaran, tarif, waktu pengumpulan, tingkat tarif, pemanfaatan biaya sisa, peluang membuka usaha, nilai lahan, pembukaan lapangan kerja atau munculnya peluang usaha, peningkatan produksi tani, investasi, maupun lokasi wisata tidak mengalami perubahan apapun. Hal ini dapat terjadi karena peruntukan pemanfaatan air hanya bagi konsumsi rumah tangga. Berdasarkan penelitian tersebut direkomendasikan bahwa untuk program penyediaan infrastrutur air bersih yang dikelola oleh BUMDes dapat dilanjutkan dengan beberapa catatan seperti perlu adanya perangkat pengelola yang baik dan dukungan pemerintah desa, peningkatan kuantitas dan kontinuitas air, sosialisasi waktu dan solusi ketika akan ada perbaikan atau pembersihan toren utama, dan perlu dilakukan prioritas desa yang dapat dinilai dari segi geografi dan minat masyarakat.