digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

BAB 1 Syafira Rizka Kurniawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Syafira Rizka Kurniawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Syafira Rizka Kurniawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Syafira Rizka Kurniawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Syafira Rizka Kurniawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Syafira Rizka Kurniawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

ABSTRAK Syafira Rizka Kurniawati
PUBLIC Resti Andriani

Proses pengolahan emas di Indonesia sebagian besar masih dilakukan proses sianidasi. Proses sianidasi merupakan proses pelindian dengan menggunakan sodium sianida (NACN). Proses ini dinilai efektif dan ekonomis untuk mengolah bijih emas sehingga proses ini banyak digunakan di industri pertambangan dan ekstraksi emas. Namun, diantara keunggulan proses sianidasi, proses sianida dapat berdampak negatif bagi lingkungan khususnya perairan sebagai akibat lepasnya senyawa sianida yang bersifat toksik.Untuk mencegah hal tersebut, maka perlu dilakukan proses destruksi sianida sebelum dapat dibuang ke lingkungan. Selain konsentrasi sianida yang bersifat toksik, slurry tailing juga mengandung partikel tersuspensi (TSS). Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap secara alami. Oleh karena itu, diperlukan proses penambahan bahan kimia berupa koagulan dan flokulan. Namun, konsumsi senyawa kimia secara terus menerus menyebabkan biaya untuk proses destruksi kimia dan penyisihan TSS menjadi relatif lebih mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif reagen lain agar penggunaan bahan kimia dapat dikurangi yaitu dengan menggunakan mikroorganisme. Selain lebih ekonomis, penggunaan mikroorganisme juga lebih ramah lingkungan. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mengoptimalkan proses biodegradasi sianida dan bioflokulasi TSS. Eksperimen dimulai dengan seleksi bakteri yang pada awalnya berjumlah 65 strain menjadi 5 strain dengan menggunakan metode agar sianida. Setelah seleksi bakteri, dilakukan seleksi media tumbuh bakteri. Seleksi media tumbuh dilakukan dengan metode kurva tumbuh dan emulsification index (E24).Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui waktu tinggal yang optimum untuk mendegradasi sianida dan mengendapkan TSS hingga mencapai target yaitu konsentrasi sianida kurang dari 0,5 ppm dan konsentrasi TSS kurang dari 200 ppm. Percobaan inti dilakukan untuk menentukan kondisi optimum proses sehingga diperoleh laju degradasi sianida dan kecepatan pengendapan TSS tercepat. Variasi yang digunakan pada percobaan adalah jenis bakteri, persen inokulum bakteri, dan komposisi media tumbuh. Hasil penelitian yang dilakukan, bakteri yang paling optimal dalam mendegradasi sianida dan mengendapkan TSS adalah Lysinibacillus fusiformis strain SKC-8 dengan persen inokulasi 15% dengan menggunakan media tumbuh SKC-1 dengan komposisi 15 gpl molase dan air laut. Laju degradasi sianida sebesar 0,01 ppm/jam dan kecepatan pengendapan TSS 6,067 ppm/menit dengan waktu pengamatan 8 jam. Pada waktu tersebut, konsentrasi sianida dan konsentrasi TSS sudah memenuhi baku mutu lingkungan.