digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak_NathaniaGeraldine.pdf)u
PUBLIC Deddi Suhendi

Penghambatan rambat troposferik kerap menjadi masalah penting yang mempengaruhi frekuensi optik dan gelombang mikro seperti jangkauan laser satelit (SLR), sistem satelit navigasi global (GNSS) dan juga interferometri baseline yang sangat panjang (VLBI). Salah satu faktor penentu penghambatan rambat troposferik adalah partikel di atmosfer yang menyebabkan refraksi atmosfer di troposfer. Dalam hal ini, zenith hydrostatics delay (ZHD) dan zenith non-hydrostatics delay digunakan untuk memprediksi penundaan pada panjang gelombang optik. ZHD dapat dimodelkan menggunakan dua metode: Saastamoinen dan Integrasi Vertikal dari kepadatan. Model ZHD dari rumus Saastamoinen akan menggunakan tiga data tekanan udara tahunan dari pengukuran meteorologi in-situ, model ERA5 ECMWF dan GPT2. Model ZHD dari integral vertikal akan menggunakan data densitas dari ERA5. Model-model ini kemudian akan dianalisis secara statistik menggunakan korelasi, standar deviasi, root mean square dan akurasi masing-masing model ZHD untuk menentukan akurasi data masukan dan kesalahan dalam penentuan posisi GNSS. Dengan mengacu pada pengukuran meteorologi in-situ, model ERA5 dan GPT2 pada periode satu tahun 2019, ditemukan adanya korelasi yang kuat antara ketiga data masukan tersebut. Akurasi pemodelan ZHD di daerah ekuator bervariasi dengan perbedaan 1-3mm yang mengakibatkan terjadinya erros pada posisi GNSS hingga 17,8 mm. Artinya, pemodelan ZHD pada pemodelan ekuator dengan menggunakan data tekanan in situ memiliki perbedaan signifikan hingga 2.32 mm dibandingkan dengan pemodelan tekanan data. Keterbatasan model saat ini dibahas dan saran untuk perbaikan lebih lanjut diberikan.