Penghambatan rambat troposferik kerap menjadi masalah penting yang
mempengaruhi frekuensi optik dan gelombang mikro seperti jangkauan laser
satelit (SLR), sistem satelit navigasi global (GNSS) dan juga interferometri
baseline yang sangat panjang (VLBI). Salah satu faktor penentu
penghambatan rambat troposferik adalah partikel di atmosfer yang
menyebabkan refraksi atmosfer di troposfer. Dalam hal ini, zenith
hydrostatics delay (ZHD) dan zenith non-hydrostatics delay digunakan untuk
memprediksi penundaan pada panjang gelombang optik. ZHD dapat
dimodelkan menggunakan dua metode: Saastamoinen dan Integrasi Vertikal
dari kepadatan. Model ZHD dari rumus Saastamoinen akan menggunakan
tiga data tekanan udara tahunan dari pengukuran meteorologi in-situ, model
ERA5 ECMWF dan GPT2. Model ZHD dari integral vertikal akan
menggunakan data densitas dari ERA5. Model-model ini kemudian akan
dianalisis secara statistik menggunakan korelasi, standar deviasi, root mean
square dan akurasi masing-masing model ZHD untuk menentukan akurasi
data masukan dan kesalahan dalam penentuan posisi GNSS. Dengan
mengacu pada pengukuran meteorologi in-situ, model ERA5 dan GPT2 pada
periode satu tahun 2019, ditemukan adanya korelasi yang kuat antara ketiga
data masukan tersebut. Akurasi pemodelan ZHD di daerah ekuator bervariasi
dengan perbedaan 1-3mm yang mengakibatkan terjadinya erros pada posisi
GNSS hingga 17,8 mm. Artinya, pemodelan ZHD pada pemodelan ekuator
dengan menggunakan data tekanan in situ memiliki perbedaan signifikan
hingga 2.32 mm dibandingkan dengan pemodelan tekanan data. Keterbatasan
model saat ini dibahas dan saran untuk perbaikan lebih lanjut diberikan.