ABSTRAK Afrilia Mega Trisnawati
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Afrilia Mega Trisnawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Afrilia Mega Trisnawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Afrilia Mega Trisnawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Afrilia Mega Trisnawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Afrilia Mega Trisnawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Afrilia Mega Trisnawati
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Fungsi dari terowongan yang berbeda-beda menjadikan penentuan letak dan dimensi
terowongan yang akan digali berbeda juga. Karena perbedaan perlakuan tersebut sebelum
melakukan penggalian pada massa batuan diperlukan analisis terhadap tegangan-tegangan
yang bekerja pada massa batuan sebelum adanya penggalian. Tegangan yang terganggu ini
perlu dipertimbangkan, persamaan Kirsch (1898) dapat digunakan untuk menghitung besar
dari tegangan massa batuan di sekitar terowongan. Namun, persamaan Kirsch (1898) tidak
dapat digunakan pada semua keadaan terowongan, persamaan ini memiliki syarat untuk
digunakan salah satunya kedalaman terowongan.
Pada penelitian ini dilakukan analisis distribusi tegangan di sekitar terowongan untuk
penentuan kedalaman minimum agar persamaan Kirsch (1898) relevan digunakan. Hal yang
diamati adalah tegangan tangensial di atap dan dinding terowongan pada batas galian di
berbagai variasi kedalaman dan nilai K. Hasil dari perhitungan menggunakan metode numerik
akan dibandingkan dengan hasil perhitungan persamaan Kirsch (1898) lalu dianalisis untuk
menentukan jarak minimum penggunaan persamaan Kirsch.
Hasil perhitungan kedua metode menunjukkan perbedaan, perbedaan terbesar terletak pada
terowongan dengan kedalaman kurang dari 20R dan menjadi konstan setelah terowongan
memasuki kedalaman 20R sehingga jarak minimum penggunaan persamaan Kirsch adalah 20R
dihitung dari pusat terowongan ke permukaan. Perbedaan hasil numerik terhadap persamaan
Kirsch terlihat pada atap terowongan baik untuk K=1 maupun K=2 dan untuk dinding
perbedaanya sangat kecil. Pada atap terowongan untuk K=1 memiliki perbedaan terbesar 33%
dan untuk K=2 memiliki perbedaan 20%. Hasil perhitungan yang berbeda disebabkan oleh
beberapa faktor misalnya persamaan Kirsch (1898) yang menyamaratakan tegangan di massa
batuan bersifat hidrostatik dan pada metode numerik penampang lingkaran yang dibentuk tidak
bisa melingkar sempurna.