Indonesia adalah negara yang dilalui jalur pegunungan api dunia dan dikelilingi oleh tatanan
tektonik yang aktif. Indonesia memiliki potensi sumberdaya panas bumi yang besar, tak terkecuali
di Jawa Barat. Keterdapatan reservoir panas bumi di bawah permukaan, tercermin di permukaan
melalui kemunculan manifestasi panas bumi, seperti mata air panas. Adanya manifestasi panas
bumi di permukaan terjadi karena perambatan panas dari bawah permukaan melewati zona
permeabel. Dalam eksplorasi panas bumi suhu, rasio air/uap, evolusi kimia, dan sistem aliran fluida
panas bumi merupakan faktor penting dari reservoir untuk dapat mengevaluasi potensi sumber daya
panas bumi. Studi megenai pola hidrogeokimia fluida panas bumi dapat digunakan untuk
memahami tipe air yang muncul dari manifestasi panas bumi sehingga dapat membantu
memperkirakan sistem panas bumi yang nantinya dapat membantu penelitian lebih lanjut mengenai
potensi panasbumi yang ada. Dengan melakukan penelitian terhadap fluida dari mata air atau
manifestasi yang muncul diharapkan dapat mengklarifikasi asal-usul, interaksi antara air-batuan,
evolusi kimia fluida panas bumi sepanjang aliran dari reservoir ke permukaan melalui manifestasi
yang ada di sekitar Lapangan Panas Bumi Patuha. Ada beberapa analisis yang dapat dilakukan
dalam studi hidrogeokimia, seperti analisis sifat fisikokimia air, analisis ion utama menggunan
Diagram Piper dan Diagram Ternary, serta analisis rasio isotop air ?18O dan ?2H. Dari penelitian
yang dilakukan, diduga ada empat tipe air yang ada di sekitar Lapangan Panas Bumi Patuha, yaitu
air sulfat, air sulfat-klorida, air sulfat-bikarbonat, air bikarbonat. Berdasarkan hasil Isotop ?2H dan
?18O, sumber air dari sampel air di Lapangan Panasbumi Patuha menunjukkan sebagian besar
sampel memiliki potensi mixing dengan air meteorik dan sumber minor lain, seperti pertukaran
H2S, dan reaksi dengan mineral.