digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Film sebagai salah satu media seni dan hiburan telah dikenal di Indonesia sejak diputarnya film pertama tahun 1926. Semenjak peristiwa tersebut, produksi film di Indonesia terus berlanjut hingga sekarang ini. Terpuruknya dunia perfilman nasional pada dekade 90-an memberikan pelajaran bahwa perfilman sebagai salah satu cermin sosial budaya tidak dapat dikesampingkan perannya. Maka dari itu masyarakat masa kini dan generasi muda sebagai pembangun masa depan harus mengetahui sejarah dan perjalanan dunia perfilman di Indonesia melalui peninggalan-peninggalan masa lalu. Di Indonesia, penanganan atas koleksi dan arsip-arsip perfilman tersebut dilakukan oleh Sinematek Indonesia. Permasalahannnya adalah Sinematek Indonesia kurang mendapat perhatian dari Pemerintah sehingga lembaga tersebut belum dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang dunia film nasional. Oleh karena itulah diperlukan sebuah fasilitas yang dapat menginformasikan secara terbuka koleksi-koleksi yang ada, melalui sebuah Museum Perfilman Indonesia. Dalam mendesain interior pada proyek ini dibutuhkan analisa dan observasi yang mendalam mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perfilman Indonesia, dengan tujuan menciptakan dan meningkatkan kualitas ruang sehingga memiliki fungsi yang baik berdasarkan keputusan dan ketetapan desain yang disepakati sebagai tema perancangan (suatu pola/gagasan spesifik yang berulang dalam seluruh rancangan proyek). Permasalahan yang timbul menjadi pertimbangan bagi desainer dalam merancang interior, yang kemudian solusi tersebut diimplementasikan dalam konsep desain. Konsep dan tema perancangan dalam Museum Film Indonesia berhubungan dengan masalah yang telah ada. Implementasi konsep desain diterapkan melalui berbagai aspek, yaitu konsep bentuk, konsep warna, konsep material, konsep furniture, konsep pencahayaan dan lain-lain, sehingga tema/image yang ingin diciptakan dapat terwujud.