digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Retna Ayu Kirana Djuhana
PUBLIC Alice Diniarti

Perkerasan lentur jalan Nasional Cipatujah-Kalapagenep-Pangandaran mengalami kerusakan struktural dini yang mencakup kerusakan dari komponen perkerasan yang ditandai dengan lubang dan retak pada perkerasan badan jalan yang disebabkan oleh truk pengangkut pasir yang memiliki beban berlebih, sehingga diperlukan rehabilitasi berupa penambahan tebal lapis tambah (overlay) pada perkerasan jalan eksisting untuk mengembalikan kondisi kemantapan jalan. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap kondisi struktural perkerasan jalan lentur eksisting menggunakan Metoda AASHTO 1993 dan Metoda MEPDG 2008 dengan pertimbangan bahwa Metoda MEPDG 2008 merupakan pengembangan dari metoda AASHTO 1993 sehingga output yang diperoleh lebih ekonomis. Namun, sehubungan Metoda MEPDG 2008 belum diterapkan di Indonesia, maka dilakukan kajian awal terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan metoda tersebut untuk dikaji dan diterapkan di Indonesia pada masa mendatang. Metoda MEPDG 2008 dipengaruhi oleh respon tegangan dan regangan pada tiap lapis perkerasan, karakteristik material, dan faktor kalibrasi lokal, sedangkan Metoda AASHTO 1993 dipengaruhi oleh nilai lendutan dari pengujian FWD. Analisis ini menggunakan dua skenario nilai CESAL dengan tebal trial sebanyak empat percobaan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh, tebal overlay menggunakan metoda AASHTO 1993 sebesar 10 cm untuk skenario 1 dan 11 cm untuk skenario 2, sedangkan tebal overlay menggunakan metoda MEPDG 2008 diperoleh tebal overlay sebesar 10 cm untuk kedua skenario. Sehingga dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh dari metoda MEPDG 2008 lebih ekonomis. Namun dalam penelitian ini dipilih tebal overlay yang diperoleh dari metoda AASHTO 1993. Hal ini dikarenakan metoda MEPDG 2008 menggunakan faktor kalibrasi lokal dari negara bagian Amerika, sehingga tidak begitu merepresentasikan kondisi perkerasan. Akan tetapi, metoda ini layak untuk dikaji lebih lanjut terkait faktor kalibrasi untuk di Indonesia agar metoda MEPDG 2008 dapat diterapkan di Indonesia.