digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Syarifudin Nur
PUBLIC Alice Diniarti

Lamun memiliki peran penting di wilayah pesisir, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian pengelolaan lamun dalam jangka panjang didasarkan pada data spasial dengan menggunakan teknik penginderaan jauh. Citra satelit menawarkan cara yang efisien dan hemat biaya untuk memperkirakan kondisi air di lingkungan dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis perubahan spasial dan temporal pada tutupan padang lamun menggunakan citra satelit, selain itu dilakukan juga identifikasi spesies padang lamun dan menentukan tingkat akurasi dari hasil klasifikasi yang diperoleh citra Sentinel-2. Data citra satelit menggunakan Sentinel-2 pada tahun akuisisi 2016-2020 dengan menggunakan metode Depth Invariant Index (DII) dengan klasifikasi Support Vector Machine (SVM). Untuk melengkapi penelitian ini, telah dilakukan juga pengamatan in-situ di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (4 Stasiun di Pulau Singkep dan 2 Stasiun di Pulau Lingga) pada tanggal 3-7 Oktober 2020. Pengamatan in-situ dilakukan untuk memvalidasi data citra satelit untuk menghitung akurasi citra lamun dan mengidentifikasi spesiesnya menggunakan Seagrass-Watch (Transect Quadrant). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tutupan lamun yang diukur pada saat validasi lapangan adalah 78%. Jenis lamun ditemukan: Halophila ovalis, Halophila minor, Thalassia hemprichii, dan jenis yang dominan adalah Enhalus acroides. Nilai dari uji akurasi yang di hitung melalui citra satelit dan dilakukan dengan Matrix Confusion didapat nilai akurasi 70%. Lamun di Kabupaten Lingga mengalami penurunan luas area dari satelit seluas 49 km2 dalam jangka waktu lima tahun. Hal ini dapat disebabkan karena Pulau Singkep memiliki populasi dan aktivitas manusia yang lebih banyak dari Pulau Lingga. Pulau Singkep juga menjadi alur utama pelayaran dengan pelabuhan besar. Selain itu Pulau Singkep memiliki tambang timah, dan pasir dan diduga mempengaruhi produktivitas dan degradasi lamun di Pulau Singkep.