digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 7 Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani


PUSTAKA Adriyanto D Kusumo
PUBLIC Resti Andriani

Transisi sistem penambangan dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah memerlukan persiapan antisipasi semua dampak yang timbul, antara lain adanya upsidence. Upsidence ini terjadi pada permukaan di dasar lembah yang terdapat penambangan batubara bawah tanah dengan metode longwall. Studi upsidence pada penelitian ini dilakukan dengan melihat karakteristik batuan di Kalimantan Selatan, membangun model analitis, model fisik, dan model sintetis seismik. Karakteristik batuan yang didapat antara lain kekuatan batuan dan elastisitas batuan. Karateristik batuan di Kalimantan Selatan ini dilakukan komparasi terhadap lokasi lain. Nilai modulus elastistisitas sandstone di Kalimantan Selatan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi di Australia. Model analitis dilakukan dengan pendekatan buckling. Model upsidence berbasis metode analitis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lebar lembah, tebal kritis, nilai stres horisontal, dan nilai modulus Young. Model fisik dilakukan dengan pendekatan konsep base friction. Hasil model fisik menunjukkan korelasi dengan persamaan Hoek dan Brown. Hasil model fisik juga menunjukkan upsidence dipengaruhi oleh kemiringan lereng sebesar 800 dengan tebal lapisan di dasar lembah di bawah 3 cm dan ketinggian lereng maksimum 10 cm. Model sintetik seismik antar lubang bor dilakukan dengan seismik refleksi dan tomografi. Lapisan tipis di dasar lembah yang merupakan salah komponen terjadinya upsidence dapat terdeteksi lebih baik menggunakan seismik refleksi antar dua buah lubang bor.