digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pasar saham terkadang tidak mencerminkan kinerja bisnis yang sebenarnya terjadi, ketika banyak bisnis yang terdampak akibat regulasi pembatasan sosial dan permintaan barang/jasa yang turn, level IHSG tetap mengalami peningkatan meskipun kinerja bisnis sesunggunya justru sebaliknya. Untuk mendapatkan investasi yang aman di pasar saham, pendekatan untuk kembali ke filosofi dasar yakni analisa fundamental dari perusahaan dimana ketika membeli saham perusahaan tersebut berarti membeli bisnis dibelakangnya bukan hanya sekedar membeli lembaran saham. Oleh karena itu, untuk memahami bisnis di baliknya, metode yang digunakan adalah dengan menganalisis kinerja bisnis selama pandemi dan menggunakan pendekatan beberapa rasio untuk menilai sebuah perusahaan. Apakah perusahan tersebut termasuk kategori overvalued atau undervalued atau biasa disebut juga sebagai investasi nilai. Dalam tesis ini, analisis rasio digunakan untuk menentukan kinerja dan kondisi keuangan dari sebuah perusahaan. Rasio-rasio tersebut antara lain rasio inventory turnover, rasio debt-to-equity, rasio profitabilitas, rasio pasar, dan analisa harga. Selain analisis rasio, analisa harga digunakan untuk menentukan nilai intrinsic dari lembar saham sebuah perusahaan. Analisa harga dalam penelitian ini antara lain perbandingan nilai dengan obligasi pemerintah (ORI017), saham sebagai ekuitas, dan penggunaan data historis EPS perusahaan untuk menentukan pengembalian tahunan. Metode analisa harga ini akan memberikan gambaran untuk harga sebuah perusahaan di masa depan dengan menggunakan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan dua periode waktu. Period historis dari laporan tahunan dan laporan keuangan terkini perusahaan. Penggunaan data pada data historis menggunakan rentang waktu selama 5 tahun dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Sementara untuk data terkini kinerja keuangan perusahaan menggunakan data kuartal 3 tahun 2020. Setelah analisa dari kinerja keuangan dan mendapatkan nilai intrinsiknya maka selanjutnya menentukan nilai masuk dengan menggunakan margin of safety. Penggunaan margin of safety di dalam penelitian ini menggunakan margin sebesar 50% dari nilai intrinsic sebuah saham. Nilai intrinsic didapatkan dengan menggunakan earning per share perusahaan yang kemudian di proyeksikan untuk 10 tahun kedepan dengan menggunakan inflasi sebagai faktor pendiskonnya setiap tahun sebesar 5%. Jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar saham Indonesia adalah 724 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dikategorikan menjadi 11 sektor dengan setiap sektor memiliki sub-industrynya. Klasifikasi perusahaan ke dalam kelompok tersebut dalam penelitian ini menggunakan format terbaru dari IDX-IC. Seluruh 724 perusahaan dianalisa untuk kinerja keuangan masa kini, kinerja keuangan di masa lalu, dan nilai intrinsik di masa depan. Berdasarkan analisa pertama dengan menggunakan kinerja keuangan terbaru, terdapat 8 perusahaan yang masuk dalam kategori undervalue dan memiliki potensi kinerja keuangan yang baik. Kedelapan perusahaan tersebut adalah PT. Buana Lintas Lautan Tbk., PT Intanwijaya International Tbk., PT. Unggul Indah Cahaya Tbk., PT. Sri Rejeki Isman Tbk., PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk., PT. Provident Agro Tbk., PT. Wismilak Inti Makmur Tbk., dan PT. Transkon Jaya Tbk. Kemudian kedelapan perusahaan tersebut dilakukan analisa dari data historis kinerja keuangannya. Hasil dari kinerja historis dan nilai intrinsik di masa depan, hanya tiga perusahaan yang terpilih dengan kinerja keuangan yang baik secara historis. Ketiga perusahaan tersebut antara lain PT. Buana Lintas Lautan Tbk., PT. Sri Rejeki Isman Tbk., dan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. dengan estimasi tingkat pengembalian sebelum pajak untuk setiap perusahaan adalah 39%-85%, 30%-37%, dan 15%-17% dengan margin of safety setiap perusahaan adalah Rp.423/lembar saham, Rp.887/lembar saham, dan Rp.1760/lembar saham.