Pasar saham terkadang tidak mencerminkan kinerja bisnis yang
sebenarnya terjadi, ketika banyak bisnis yang terdampak akibat regulasi
pembatasan sosial dan permintaan barang/jasa yang turn, level IHSG tetap
mengalami peningkatan meskipun kinerja bisnis sesunggunya justru
sebaliknya. Untuk mendapatkan investasi yang aman di pasar saham,
pendekatan untuk kembali ke filosofi dasar yakni analisa fundamental dari
perusahaan dimana ketika membeli saham perusahaan tersebut berarti
membeli bisnis dibelakangnya bukan hanya sekedar membeli lembaran
saham. Oleh karena itu, untuk memahami bisnis di baliknya, metode yang
digunakan adalah dengan menganalisis kinerja bisnis selama pandemi dan
menggunakan pendekatan beberapa rasio untuk menilai sebuah
perusahaan. Apakah perusahan tersebut termasuk kategori overvalued atau
undervalued atau biasa disebut juga sebagai investasi nilai.
Dalam tesis ini, analisis rasio digunakan untuk menentukan kinerja dan
kondisi keuangan dari sebuah perusahaan. Rasio-rasio tersebut antara lain
rasio inventory turnover, rasio debt-to-equity, rasio profitabilitas, rasio
pasar, dan analisa harga. Selain analisis rasio, analisa harga digunakan
untuk menentukan nilai intrinsic dari lembar saham sebuah perusahaan.
Analisa harga dalam penelitian ini antara lain perbandingan nilai dengan
obligasi pemerintah (ORI017), saham sebagai ekuitas, dan penggunaan
data historis EPS perusahaan untuk menentukan pengembalian tahunan.
Metode analisa harga ini akan memberikan gambaran untuk harga sebuah
perusahaan di masa depan dengan menggunakan kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
Kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan dua periode waktu.
Period historis dari laporan tahunan dan laporan keuangan terkini
perusahaan. Penggunaan data pada data historis menggunakan rentang
waktu selama 5 tahun dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Sementara untuk
data terkini kinerja keuangan perusahaan menggunakan data kuartal 3
tahun 2020. Setelah analisa dari kinerja keuangan dan mendapatkan nilai
intrinsiknya maka selanjutnya menentukan nilai masuk dengan
menggunakan margin of safety.
Penggunaan margin of safety di dalam penelitian ini menggunakan margin
sebesar 50% dari nilai intrinsic sebuah saham. Nilai intrinsic didapatkan
dengan menggunakan earning per share perusahaan yang kemudian di
proyeksikan untuk 10 tahun kedepan dengan menggunakan inflasi sebagai
faktor pendiskonnya setiap tahun sebesar 5%.
Jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar saham Indonesia adalah 724
perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dikategorikan menjadi 11
sektor dengan setiap sektor memiliki sub-industrynya. Klasifikasi
perusahaan ke dalam kelompok tersebut dalam penelitian ini menggunakan
format terbaru dari IDX-IC. Seluruh 724 perusahaan dianalisa untuk
kinerja keuangan masa kini, kinerja keuangan di masa lalu, dan nilai
intrinsik di masa depan.
Berdasarkan analisa pertama dengan menggunakan kinerja keuangan
terbaru, terdapat 8 perusahaan yang masuk dalam kategori undervalue dan
memiliki potensi kinerja keuangan yang baik. Kedelapan perusahaan
tersebut adalah PT. Buana Lintas Lautan Tbk., PT Intanwijaya
International Tbk., PT. Unggul Indah Cahaya Tbk., PT. Sri Rejeki Isman
Tbk., PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk., PT. Provident Agro Tbk., PT.
Wismilak Inti Makmur Tbk., dan PT. Transkon Jaya Tbk. Kemudian
kedelapan perusahaan tersebut dilakukan analisa dari data historis kinerja
keuangannya. Hasil dari kinerja historis dan nilai intrinsik di masa depan,
hanya tiga perusahaan yang terpilih dengan kinerja keuangan yang baik
secara historis. Ketiga perusahaan tersebut antara lain PT. Buana Lintas
Lautan Tbk., PT. Sri Rejeki Isman Tbk., dan PT. Wilmar Cahaya Indonesia
Tbk. dengan estimasi tingkat pengembalian sebelum pajak untuk setiap
perusahaan adalah 39%-85%, 30%-37%, dan 15%-17% dengan margin of
safety setiap perusahaan adalah Rp.423/lembar saham, Rp.887/lembar
saham, dan Rp.1760/lembar saham.