digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri minyak dan gas merupakan industri yang volatile dimana penawaran dan permintaan dapat berfluktuasi signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini semakin nyata ketika pandemi Covid-19 di mana mobilitas manusia dibatasi. Mengingat dua pertiga konsumsi minyak dihitung oleh transportasi, tidak mengherankan jika konsumsi minyak dunia turun dari 100 juta barel per hari menjadi 80 juta barel per hari. Hal ini berdampak pada surplus total kapasitas produksi minyak negara OPEC yang mencapai 6,15 juta barel per hari di 2020, tiga kali lipat dibandingkan 2018. PT. CPI di Indonesia juga berada di ambang masalah surplus minyak ketika pelanggan utamanya mengeluarkan peringatan bahwa mereka mungkin terpaksa mengurangi asupan minyaknya. Jika permintaan dari pelanggan berkurang, maka PT. CPI perlu membatasi tingkat produksinya. Mengurangi laju produksi bukanlah hal yang mudah untuk sebuah ladang minyak. Ada beberapa konsekuensi negatif dari proses pembatasan yang tidak tepat. Manajemen PT. CPI membentuk Satgas yang dipimpin oleh tim IODSC untuk menganalisis permasalahan dan menyusun skenario pembatasan yang menjadi lingkup penelitian ini. Penelitian ini melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan semua pemangku kepentingan terkait dan membuat Problem Tree Analysis untuk menentukan inti masalah, konsekuensi, dan akar penyebabnya. Dapat disimpulkan bahwa skenario pembatasan yang tidak tepat menjadi masalah inti karena dapat menimbulkan berbagai konsekuensi mulai dari masalah keselamatan, kepatuhan, dan ekonomi. Tim juga menyepakati akar permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah tidak tersedianya pedoman untuk memilih sumur dan fasilitas yang akan dimatikan ketika masa pembatasan. Dengan merubah Problem Tree Analysis menjadi Objective Tree Analysis, penelitian akan mengembangkan pedoman untuk memilih sumur dan fasilitas yang akan dimatikan Penelitian ini menggabungkan Value Focused Thinking (VFT) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan skenario pembatasan yang tepat. VFT digunakan untuk menghasilkan alternatif skenario pembatasan berdasarkan nilai-nilai yang dianggap penting sedangkan AHP digunakan untuk memilih alternatif terbaik. Setiap alternatif terdiri dari konfigurasi yang berbeda terkait sumur dan fasilitas yang akan ditutup. Terdapat 6 atribut yang memandu pemilihan skenario: Menghindari tumpahan minyak, menghindari cedera pada tenaga kerja, menjaga profitabilitas yang optimal, meminimalkan hilangnya peluang produksi, menghindari masalah start up fasilitas, dan memelihara aliran steam backbone tetap hidup. Hasil dari penelitian ini adalah merekomendasikan skenario pembatasan no. 2 kepada Manajemen PT. CPI. Skenario ini memiliki aktivitas yaitu menjalankan minimum kapasitas di semua Central Gathering Station, penutupan sumur produksi berisiko rendah, penutupan sumur injector yang sudah mature. Skenario ini akan diimplementasikan dalam bentuk Standard Operating Procedure (SOP).