Industri minyak dan gas merupakan industri yang volatile dimana penawaran dan permintaan dapat
berfluktuasi signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini semakin nyata ketika pandemi
Covid-19 di mana mobilitas manusia dibatasi. Mengingat dua pertiga konsumsi minyak dihitung oleh
transportasi, tidak mengherankan jika konsumsi minyak dunia turun dari 100 juta barel per hari
menjadi 80 juta barel per hari. Hal ini berdampak pada surplus total kapasitas produksi minyak
negara OPEC yang mencapai 6,15 juta barel per hari di 2020, tiga kali lipat dibandingkan 2018.
PT. CPI di Indonesia juga berada di ambang masalah surplus minyak ketika pelanggan utamanya
mengeluarkan peringatan bahwa mereka mungkin terpaksa mengurangi asupan minyaknya. Jika
permintaan dari pelanggan berkurang, maka PT. CPI perlu membatasi tingkat produksinya.
Mengurangi laju produksi bukanlah hal yang mudah untuk sebuah ladang minyak. Ada beberapa
konsekuensi negatif dari proses pembatasan yang tidak tepat. Manajemen PT. CPI membentuk
Satgas yang dipimpin oleh tim IODSC untuk menganalisis permasalahan dan menyusun skenario
pembatasan yang menjadi lingkup penelitian ini.
Penelitian ini melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan semua pemangku kepentingan
terkait dan membuat Problem Tree Analysis untuk menentukan inti masalah, konsekuensi, dan akar
penyebabnya. Dapat disimpulkan bahwa skenario pembatasan yang tidak tepat menjadi masalah inti
karena dapat menimbulkan berbagai konsekuensi mulai dari masalah keselamatan, kepatuhan, dan
ekonomi. Tim juga menyepakati akar permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah tidak
tersedianya pedoman untuk memilih sumur dan fasilitas yang akan dimatikan ketika masa
pembatasan. Dengan merubah Problem Tree Analysis menjadi Objective Tree Analysis, penelitian
akan mengembangkan pedoman untuk memilih sumur dan fasilitas yang akan dimatikan
Penelitian ini menggabungkan Value Focused Thinking (VFT) dan Analytic Hierarchy Process
(AHP) untuk mendapatkan skenario pembatasan yang tepat. VFT digunakan untuk menghasilkan
alternatif skenario pembatasan berdasarkan nilai-nilai yang dianggap penting sedangkan AHP
digunakan untuk memilih alternatif terbaik. Setiap alternatif terdiri dari konfigurasi yang berbeda
terkait sumur dan fasilitas yang akan ditutup. Terdapat 6 atribut yang memandu pemilihan skenario:
Menghindari tumpahan minyak, menghindari cedera pada tenaga kerja, menjaga profitabilitas yang
optimal, meminimalkan hilangnya peluang produksi, menghindari masalah start up fasilitas, dan
memelihara aliran steam backbone tetap hidup.
Hasil dari penelitian ini adalah merekomendasikan skenario pembatasan no. 2 kepada Manajemen
PT. CPI. Skenario ini memiliki aktivitas yaitu menjalankan minimum kapasitas di semua Central
Gathering Station, penutupan sumur produksi berisiko rendah, penutupan sumur injector yang sudah
mature. Skenario ini akan diimplementasikan dalam bentuk Standard Operating Procedure (SOP).