digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Laniakea Indonesia adalah salah satu perusahaan minyak dan gas yang sangat penting dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Dalam melaksanakan operasinya, Perusahaan tunduk pada aturan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract – PSC), termasuk mengenai penggantian biaya operasi yang harus dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah. Sehubungan dengan ini, maka pengelolaan kontrak penunjang operasi menjadi penting untuk memastikan operasi yang berkelanjutan dan efisien. Salah satu usaha yang dilakukan oleh tim Drilling & Completions (D&C) di PT. Laniakea Indonesia untuk mengelola kontrak penunjang operasinya adalah dengan membangun sebuah sistem pemantauan biaya untuk memastikan agar terdapat sisa nilai kontrak yang cukup untuk terus menjalankan operasi. Namun demikian usaha ini memiliki tantangan yaitu rendahnya tingkat akurasi data biaya yang masuk ke sistem pencatatan (System of Record – SoR). Hasil root cause analysis terhadap tantangan tersebut dianalisa dengan pendekatan Kepner-Tregoe (KT Approach) untuk membantu proses pengambilan keputusan. Analisa Situational Appraisal membantu menentukan prioritas terhadap 3 (tiga) fokus atau perhatian utama berdasarkan waktu, kecenderungan, dan dampaknya. Problem Analysis dilakukan pada fokus pertama yaitu tidak adanya metode standar untuk mengawasi sisa nilai kontrak, dan hasil analisa memastikan jika penyebabnya adalah tidak tersedianya sistem atau alat yang dapat mengakomodasi biaya pekerjaan yang belum ditagihkan. Decision Analysis dilakukan pada fokus kedua yaitu tidak tersedianya alat yang mengintegrasikan kode biaya, kontrak, nilai kompensasi, dan nilai tukar mata uang. Kemampuan alat ini diklasifikasikan menjadi kemampuan yang mutlak harus dimiliki (MUSTs), dan yang diharapkan dapat dimiliki (WANTs), untuk kemudian digunakan sebagai kriteria penilaian terhadap alternatif solusi yang teridentifikasi. Dari 3 (tiga) alternatif solusi yang telah diidentifikasi, nilai tertinggi didapatkan oleh Cost Book sehingga menjadi pilihan yang direkomendasikan dari analisa ini. Potential Problem Analysis dilakukan pada fokus ketiga yaitu akurasi biaya yang tidak digunakan sebagai tolok ukur untuk penilaian kinerja. Kemungkinan penyebab untuk tiap-tiap potensi masalah diidentifikasi untuk kemudian ditentukan tindakan pencegahan dan tindakan yang dapat mengurangi dampaknya jika masalah itu terjadi di kemudian hari. Dari hasil analisa ini didapatkan beberapa tindakan yang membutuhkan dukungan dari pimpinan organisasi Drilling & Completion.