Ekstrak edelweiss memiliki beberapa aktivitas untuk kulit diantaranya anti-aging, antioksidan, dan
antiinflamasi. Keberadaan radikal bebas pada kulit akibat beberapa faktor dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit salah satunya penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan
formula sediaan krim dari ekstrak edelweiss yang stabil. Pertama, diberikan perlakuan untuk
mencegah peristiwa browning pada ekstrak edelweiss. Pencegahan browing dilakukan dengan
penambahan antioksidan dan surfaktan. Antioksidan yang digunakan adalah asam askorbat
dengan konsentrasi 4, 11, dan 18 mM, serta kombinasi asam askorbat dan asam sitrat dengan
konsentrasi 10 mM dan 2 mM. Surfaktan yang digunakan adalah tween 80 dengan konsentrasi
1%, 3%, dan 5% dan cremophor 40 dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Optimasi formula basis
krim dilakukan secara studi literatur. Evaluasi sediaan krim merupakan evaluasi uji stabilitas
meliputi organoleptik, viskositas, dan sentrifugasi pada suhu 8
o
C, 25
o
C, dan 40
o
C. Kemudian
dilakukan studi aktivitas antioksidan ekstrak edelweiss dengan metode DPPH. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kombinasi antioksidan asam askorbat dan asam sitrat dengan konsentrasi 10
mM dan 2 mM merupakan konsentrat terbaik yang menunjukkan kenaikan absorbansi terendah
sebesar 10% selama 6 hari. Perlakuan dengan surfaktan menunjukkan bahwa kenaikan absorbansi
terendah oleh cremophor 40 dengan konsentrasi 3%. Sedangkan, berdasarkan optimasi basis,
didapatkan formula krim terbaik adalah PEG-100 stearat 1%, setil alkohol 3,5%, ceteareth 1%,
gliseril stearat 3,5%, kaprilat/kaprat trigliserida 1,5%, isopropil miristat 1,5%, etil paraben 0,5%,
gliserin 3%, karbomer 0,5%, titanium dioksida 4%, dengan jumlah konsentrat ekstrak sebanyak
5%. Berdasarkan literatur, didapatkan aktivitas antioksidan ekstrak edelweiss pada konsentrasi
ABI (Active Biotechnological Ingredients) 100 µg/mL mampu meredam DPPH 80-90%.