digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Albert P Purba
PUBLIC Resti Andriani

Salah satu indikator keberhasilan peledakan adalah distribusi fragmentasi. Ukuran dan distribusi fragmentasi hasil peledakan nantinya akan sangat mempengaruhi proses penggalian, pemuatan dan pengolahan material yang diledakkan. Segala faktor yang terkait dapat mempengaruhi cost kegiatan penambangan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode dalam memprediksi ukuran fragmentasi peledakan yang baik dan terpercaya. Selama ini telah dikenal dan digunakan beberapa metode untuk memprediksi dan mengevaluasi fragmentasi peledakan yang cukup membantu dan umum digunakan. Namun masih terdapat kelemahan yang membuat hasil prediksi tidak memuaskan. Hal ini disebabkan oleh sistem yang bekerja dalam proses peledakan sangat kompleks dan mencakup parameter yang luas. Oleh sebab itu maka penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan metode ANFIS (adaptive neuro-fuzzy inference system) dalam memprediksi fragmentasi peledakan. Kemudian menganalisis dan membandingkan hasilnya dengan hasil metode MRA (multiple regression analysis). Harapannya Metode ANFIS menghasilkan prediksi yang cukup memuaskan dibanding metode lain. Data berupa foto hasil fragmentasi peledakan sebagai data primer dan blast design sebagai dara sekunder. Data yang digunakan berjumlah 110 data dengan 4 variabel input yaitu B/S ratio, depth, stemming, dan PF. Pengambilan data di lokasi PT Berau Coal site Lati (LMO) pada pit PQRT. Pengolahan data fragmen menggunakan Split Desktop 2.0. Pengolahan model MRA menggunakan SPSS 20 dan model ANFIS menggunakan MatLab 2018. Analisi kedua model menggunakan nilai RMSE dan VAF. Hasil didapatkan yaitu nilai RMSE untuk model MRA P20, P50, P80 dan Topsize training berturut-turut adalah 0.009, 0.0317, 0.2458 dan 0.1289. Sedangkan model ANFIS adalah 0.072, 0.0266, 0.0509 dan 0.1107. Hasil VAF untuk model MRA P20, P50, P80 dan Topsize training berturut-turut adalah 61.68, 65.08, 85.27 dan 80.53. Sedangkan metode ANFIS berturut-turut adalah 75.26, 79.08, 88.29, dan 77.45. Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan metode ANFIS mampu bekerja lebih baik dibanding metode MRA dan dapat digunakan menjadi alternatif metode dalam memprediksi fragmentasi selain metode lain yang sudah umum dikenal.