digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Deny Ramdhany
PUBLIC Alice Diniarti


Permasalahan degradasi Sungai Cipamingkis antara segmen Bendung Cipamingkis lama sampai dengan Jembatan Cibarusah, hingga saat ini tidak kunjung teratasi. Bottom controller atau bangunan pengendali dasar sungai (BK) berjumlah 10 buah yang telah dibangun di hilir bendung hingga Jembatan Cibarusah mengalami kerusakan beberapa kali hingga akhirnya mengalami kehancuran. Kondisi Sungai Cipamingkis saat ini mengalami degradasi akibat dari penambangan galian C secara tidak terkendali sejak tahun 1983. Degradasi ini mengakibatkan Bendung Cipamingkis yang berfungsi untuk mengairi lahan irigasi ± 7500 ha rusak, sehingga pada tahun 1997 harus dilakukan perbaikan dengan menambahkan tiga ruang olak (triple stilling basin) serta BK di hilir bendung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola degradasi dari Bendung Cipamingkis lama hingga Jembatan Cibarusah, sehingga dapat diusulkan jumlah, lokasi dan tinggi BK guna mencegah terjadinya kegagalan struktur. Enam skenario simulasi telah dilakukan untuk mengetahui pola perubahan morfologi tanpa adanya BK, mengetahui penyebab keruntuhan BK, serta usaha pengendalian untuk mencegah Bendung, Jembatan serta BK mengalami keruntuhan kembali. Simulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi MIKE 11 dengan input berupa data debit, topografi sungai, gradasi butiran dasar sungai serta kekasaran dasar sungai. Tanpa memperhitungkan penambangan galian C dan kondisi geologi sekitar. Hasil simulasi tanpa BK pada skenario 1 dan 3, menunjukkan potensi degradasi terjadi di Bendung dan Jembatan, dengan degradasi tertinggi berada di hulu Jembatan Jonggol Cariu sebesar 2,6 m. Skenario 2 dan 4, dilakukan untuk mengetahui perubahan morfologi pada saat 10 BK lama dibangun tanpa mempertimbangkan kehancuran BK. Hasil simulasi menunjukkan di hilir BK 9, BK 10 dan BK 13 berpotensi mengalami degradasi, sedangkan BK 5 dan BK 6 berpotensi menyebabkan bertambahnya degradasi di hulu Jembatan Jonggol Cariu. Adapun, skenario 5 memberikan gambaran bagaimana 10 BK yang pernah dibangun mengalami kehancuran akibat potensi degradasi yang terjadi di hilir BK. Dari hasil skenario 1 hingga 5, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasangan BK harus memperhatikan kondisi perubahan morfologi, agar setiapBK yang diusulkan untuk dibangun mampu bersinergi satu sama lain dan menjaga stabilitas struktur utama maupun BK itu sendiri. Untuk mencegah kerusakan struktur bendung, jembatan serta BK, diusulkan dibangun 11 BK yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama dibangun 8 BK, yaitu 4 BK dibangun di hilir Bendung Cipamingkis lama, 2 BK di hilir Jembatan Jonggol Cariu dan 2 BK di hilir Jembatan Cibarusah. Tahap kedua dilakukan penambahan 3 buah BK untuk mencegah kerusakan BK yang sudah dibangun. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pemangku kepentingan atau pengelola sungai dan juga sebagai awal untuk melakukan penelitian selanjutnya di Sungai Cipamingkis.