digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Anggi Riqqa Khalishah
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Anggi Riqqa Khalishah
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Anggi Riqqa Khalishah
PUBLIC Alice Diniarti

Pohon Tongke Hutan (Acacia mangium) didatangkan dari Australia bagian timur laut, Papua Nugini, dan Kepulauan Maluku kawasan timur Indonesia untuk ditanam di Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai bahan baku pulp dan kertas. A. mangium memiliki kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan yang terdegradasi, bereproduksi dengan cepat, dan penyebaran biji yang jauh sehingga mendukung tumbuhan ini untuk mengkolonisasi area baru yang terbuka. Pada saat ini A. mangium dikelompokkan sebagai spesies asing invasif. Hutan Tanaman Industri di Daerah Kuansing berdekatan dengan Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling sehingga keberadaan A. mangium di kawasan ini harus dikontrol agar tidak menyebar hingga kawasan konservasi yang dapat mengancam keanekaragaman spesies lokal. Karakteristik populasi merupakan informasi penting untuk membantu pengendalian populasi A. mangium, oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan struktur populasinya di tiga lokasi dengan tipe tutupan lahan yang berbeda, yaitu lahan terbuka; perkebunan A. mangium; dan hutan alami sebagai reference area. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2020. Metode kuadrat bertingkat (nested plot) diletakkan secara acak untuk menggambarkan struktur populasi tumbuhan ini. Individu A. mangium pada tahapan hidup pohon (DBH?20cm) dicatat dalam plot berukuran 20x20m2 (12 plot), sedangkan subplot 10x10m2 (12 plot) untuk mencatat individu dalam tahapan hidup tiang; subplot 5x5m2 (24 plot) untuk individu pancang; subplot 2x2m2 (48 plot) untuk individu semai, dan 0,5x0,5m2 (12 plot) untuk menghitung biji. A. mangium dalam bentuk hidup pohon tidak ditemukan di hutan alam, sedangkan di lahan terbuka ditemukan dengan kerapatan lebih tinggi (96 individu/ha) dibanding perkebunan (50 individu/ha). Kerapatan individu pada tahapan hidup tiang paling banyak ditemukan di perkebunan (1300 individu/ha) daripada lahan terbuka (383 individu/ha). Tahapan hidup pancang lebih tinggi di lahan terbuka yaitu 11,200 individu/ha, sedangkan perkebunan sebanyak 100 individu/ha. Semai A. mangium lebih banyak ditemukan di perkebunan (18,750 individu/ha) daripada lahan terbuka (15,000 individu/ha). Kerapatan biji diambil dari tanah dengan kedalaman hingga 20 cm, diketahui bahwa biji A. mangium yang lebih banyak ditemukan di lahan terbuka sebanyak 1621 biji/m2 , sementara di perkebunan sebanyak 1092 biji/m2 . Berdasarkan struktur populasinya, disertai dengan kemampuan dormansi biji yang lama dan kesintasan biji yang tinggi, populasi A. mangium di kawasan ini masih akan berkembang dengan sangat pesat sehingga memiliki potensi keinvasifan tinggi. Hutan alam yang kondisinya masih bagus serta keberadaan sungai sebagai pembatas hutan dan perkebunan diperkirakan sebagai faktor pembatas penyebaran A. mangium ke area ini. Oleh karenanya, kondisi hutan alam harus dijaga dan rehabilitasi lahan terbuka harus dilakukan untuk mengurangi invasi dari tumbuhan ini.