KM. Sinabung PT. PELNI merupakan fasilitas transportasi laut yang
menghubungkan antara Pulau Jawa dan Wilayah Indonesia Timur. Salah satu
aktivitas di dalam KM. Sinabung adalah embarkasi yakni proses masuknya
penumpang ke dalam kapal. Berdasarkan hasil observasi, terjadi keramaian dan
kontak fisik pada jalur sirkulasi disebabkan oleh penumpang yang kebingungan
dalam menentukan jalan menuju kamar atau tempat tidur. Hal ini menimbulkan
permasalahan kenyamanan bagi penumpang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan organisasi ruang dan faktor manusia terhadap wayfinding di
KM. Sinabung saat proses embarkasi.
Wayfinding atau penemuan arah di dalam kapal dipengaruhi oleh kompleksitas
ruang, faktor internal manusia, dan informasi yang tersedia. Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi lingkungan, observasi penumpang, studi literatur, dan
pembagian kuesioner kepada responden yang berjumlah 103 orang. Analisis
komparatif dilakukan dalam membandingkan data dengan teori Kevin Lynch,
standar sistem petanda, dan observasi dengan teknik shadowing terhadap
kemampuan wayfinding secara deskriptif.
Pada penelitian ini ditemukan empat titik kendala yang menjadi area kebingungan
penumpang untuk menentukan arah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak
adanya sistem penanda pada ke empat titik kendala tersebut menjadi penyebab
permasalahan embarkasi di KM. Sinabung. Solusi mengatasi hal tersebut adalah
dengan memperluas area bordes tangga sirkulasi 1 dan memberikan penanda pada
keempat titik kendala berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh penumpang.