digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Banjir adalah bencana hidrometeorologi berupa rendaman air yang disebabkan oleh meluapnya sungai karena hujan lebat. Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB pada periode 2005 hingga 2015, kejadian bencana terbanyak adalah bencana hidrometeorologi (78% atau sebanyak 11.648 kejadian). Dampak yang diakibatkan dapat berupa kerugian ekonomi, infastruktur dan sosial. Dibutuhkan peta bahaya banjir sebagai salah satu upaya mitigasi non struktural untuk menanggulangi dampak tersebut. Pemetaan bahaya banjir telah dilakukan dengan berbagai metode seperti model numerik dan model hidrodinamik. Namun metode-metode tersebut sulit dilakukan dengan skala area yang luas karena adanya keterbatasan data. Maka dari itu dibuat sebuah metode dengan prosedur yang lebih mudah yaitu Geomorphology Flood Index (GFI). Metode tersebut hanya memperhitungkan faktor topografi dengan data DEM padahal banjir juga disebabkan oleh faktor alam yang dinamis salah satunya hujan terutama Indonesia yang memiliki karakteristik hujan yang berbeda setiap daerahnya. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk memodifikasi metode GFI dengan memasukkan parameter curah hujan ke dalamnya. Modifikasi dilakukan dengan menghitung curah hujan untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun kemudian volume curah hujan tersebut dimasukkan ke dalam perhitungan flow accumulation yang nantinya menjadi salah satu input di perhitungan wilayah bahaya banjir metode GFI. DAS Citarum Hulu dan DAS Ciliwung yang memiliki kelebatan hujan serta topografi yang berbeda maka hasil perbandingan luas bahaya GFI modifikasi dan GFI konvensional di kedua wilayah tersebut berbeda pula terutama untuk DAS Ciliwung yang berada di area pesisir dan curah hujannya lebih lebat.