Kota Bandung sebagai salah satu Kota di Indonesia yang telah memiliki sistem
perpipaan air limbah perkotaan belum dapat memenuhi target SDGs yaitu
penyediaan akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata serta
menghentikan praktik BABs karena praktik BABs tahun 2017 yang masih berada
pada angka 40,13%. Dalam rangka mendukung strategi tim pokja sanitasi Kota
Bandung yaitu peningkatan dan pengembangan sarana serta prasarana IPLT,
dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi kelayakan lokasi dan cakupan layanan
IPLT dengan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kota Bandung.
Penelitian diawali dengan identifikasi kriteria dan bobot kriteria dalam penentuan
lokasi IPLT dengan analisis pairwise comparison terhadap 31 responden dari
pemangku kepentingan di Kota Jakarta, Bandung, Depok, Bekasi, dan Yogyakarta
pada lima kriteria yaitu teknis, kelembagaan, regulasi dan kebijakan, keuangan,
serta dukungan/penerimaan masyarakat. Hasil identifikasi kriteria dalam penentuan
lokasi IPLT kemudian dipetakan dan dilakukan operasi intersect dengan SIG
sehingga didapatkan tiga rencana IPLT yang berlokasi di Kecamatan Gedebage,
Cinambo, dan Andir dengan skor lebih dari 341. Ketiga rencana lokasi IPLT
disusun menjadi 3 skenario dengan jumlah IPLT yang berbeda pada setiap skenario
dan melebihi proyeksi kebutuhan luas IPLT Kota Bandung tahun 2041 yaitu 26.400
m2
yang mengacu pada teknologi di IPLT Gumuruh. Lokasi IPLT dari skenario 1
sampai 3 secara berturut-turut yaitu Kecamatan Gedebage, Gedebage dan Cinambo,
serta Gedebage, Cinambo, dan Andir. Hasil analisis jaringan dengan SIG terhadap
3 skenario yaitu tidak seluruh wilayah Kota Bandung yang belum terlayani
perpipaan air limbah perkotaan dapat terlayani oleh IPLT karena jalan akses yang
tidak memadai serta jarak terdekat dan waktu tempuh tercepat ke wilayah pelayanan
terjauh terjadi pada skenario 3 sehingga skenario 3 mendapat skor akhir tertinggi
yaitu 437.