Era digitalisasi menuntut perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia untuk
melakukan transformasi digital. PT. XYZ adalah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang
Elektronika untuk Industri dan Infrastruktur. Guna mewujudkan BUMN menjadi perusahaan digital,
Kementerian BUMN menerapkan Seven Elements of Human Capital Architectures untuk meningkatkan
daya saing dalam menghadapi digitalisasi saat ini. Salah satu elemen arsitektural yang diusung adalah
“Performance Management and Rewarding System”. Saat ini PT. XYZ masih menggunakan sistem
manajemen kinerja tradisional. Pre-survey menunjukkan hasil bahwa karyawan merasa Sistem
Manajemen Kinerja saat ini tidak efektif karena beberapa faktor diantaranya adalah data tidak
terintegrasi, proses manual memakan banyak waktu hanya untuk fungsi administrasi, dan tidak
berdampak besar pada pengembangan karir. Untuk menuju perusahaan digital, perusahaan BUMN
dituntut gesit dan memiliki pola pikir digital. Hal menuntut PT. XYZ untuk memiliki sistem manajemen
kinerja dan budaya perusahaan yang mengarah ke digital.
Berdasarkan studi literatur, system manajemen kinerja merupakan proses yang meliputi perencanaan,
perancangan, pelaksanaan, evaluasi strategi, indikator kinerja, dan penetapan target yang berkaitan
dengan program kerja. Sistem manajemen kinerja berfungsi sebagai fungsi strategis, administratif, dan
pengembangan. Berdasarkan kerangka budaya digital yang diusung oleh CIGREF, penulis
mengadaptasi kerangka tersebut untuk mengukur kesiapan budaya digital dan efektivitas sistem
manajemen kinerja PT XYZ. Ketujuh dimensi yang diukur dalam budaya digital PT. XYZ adalah
Viability, Openness, Knowledge, Agility, Trust, Interdepence, and Responsibility. Tiga dimensi yang
diukur dalam Sistem Manajemen Kinerja PT. XYZ adalah Openness, Knowledge, and Agility. Analisis
juga dilakukan terhadap Sistem Kompensasi yang diterapkan di PT. XYZ yang akan digunakan sebagai
komponen tambahan dalam pembahasan sistem manajemen kinerja. Dari hasil rata-rata tiap dimensi
yang didapat dari hasil survei, penulis meratakan tiap dimensi yang dinilai rendah, sedang, dan rendah.
Dari penyebaran kuesioner ini diperoleh 75 responden PT.XYZ dari 8 divisi dan 5 unit bisnis.
Hasil survei menunjukan bahwa kesiapan budaya digital PT XYZ berada pada level medium dengan
level tiap dimensi Viability, Openness, Knowledge, Agility, Interdependence, dan Responsibility adalah
medium dan trust menjadi satu satunya dimensi yang mencapai level high. Survei juga menunjukan
bahwa efektifitas dari sistem manajemen kinerja PT.XYZ untuk bergerak menuju perusahaan digital
berada pada level medium dengan level untuk dimensi Openness, Knowledge, Agility juga medium.
Survei mengenai kompensasi menunjukan nilai rata-rata paling rendah pada kepuasan karyawan
terhadap keselarasan pemberian insentif dengan hasil penilaian kineja. Rekomendasi untuk
meningkatkan kesiapan pada Kultur digital ditujukan untuk meningkatkan tiga dimensi terbawah pada
kultur digital yaitu knowledge, agility, dan interdependence. Rekomendasi yang diajukan untuk
meningkatkan keefektifan sistem manajemen kinerja saat ini adalah dengan melakukan digitasi sistem
iv
manajemen kinerja yang mendukung kebutuhan sistem manajemen kinerja juga perbaikan dari setiap
siklus sistem manajemen kinerja.
Perubahan sistem manajemen kinerja merupakan perubahan besar yang akan berdampak pada seluruh
karyawan PT. XYZ juga berpengaruh dengan adanya perubahan lain seperti sistem penghargaan. Untuk
mengimplementasikan sistem manajemen kinerja yang baru, di gunakan model manajemen perubahan
delapan langkah kotter yang menunjukan langkah-langkah yang harus dilakukan PT. XYZ dalam
melakukan sebuah perubahan yang besar.