digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Minarti Eka Putriani
PUBLIC Alice Diniarti

Limbah yang mengandung kromium dan dibuang begitu saja pada lingkungan tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan. Fitoremediasi merupakan salah satu solusi pengolahan limbah yang mudah dan murah untuk dilakukan. Fitoremediasi memanfaatkan tanaman yang mudah beradaptasi dan memiliki toleransi tinggi terhadap kandungan kromium. Tanaman eceng gondok merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai fitoremediator dan dapat mengakumulasi kromium pada air limbah ke dalam sel-sel tanamannya. Oleh karena itu, pemanfaataan tanaman eceng gondok hasil fitoremediasi menjadi produk harus mempertimbangkan keberadaan logam kromium tersebut. Salah satu solusi untuk mengolah eceng gondok hasil fitoremediasi adalah melalui anaerobic digestion. Bioslurry yang dihasilkan dari anaerobic digestion tersebut memiliki kandungan material organik yang telah terurai pada saat anaerobic digestion, sehingga bioslurry berpotensi untuk dijadikan sebagai media perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anaerobic digestion terhadap kandungan kromium eceng gondok hasil fitoremediasi limbah yang mengandung kromium dan untuk mengevaluasi potensi bioslurry dari anaerobic digestion sebagai media perkecambahan. Proses anaerobic digestion eceng gondok dilakukan selama 33 hari di dalam biodigester, dengan dua variasi komposisi yaitu eceng gondok (EG) 100% dan eceng gondok (EG) 80% + kotoran sapi (KS) 20%. Kandungan kromium pada eceng gondok rata-rata adalah 21,28 mg/L. Setelah melalui anaerobic digestion, kandungan kromium mengalami penurunan pada variasi komposisi biodigester EG 100% dan biodigester EG 80%+20%, yaitu 8,28 mg/L dan 7,68 mg/L. Eceng gondok juga memiliki biomassa yang berpotensi untuk menghasilkan biogas. Namun, keberadaan senyawa kromium dapat menghambat produksi biogas. Bioslurry dari biodigester dengan variasi EG 100% dan EG 80% + 20% memiliki porositas yang mendekati porositas tanah (50%), yaitu masing-masing 42,74% dan 46,15%. Kedua tipe bioslurry tersebut juga dapat mengecambahkan benih bunga kenikir (Cosmos) dan bunga morning glory (Ipomea obscura) dengan daya perkecambahan 33,33% untuk masing-masing tipe bioslurry.