Cleaner production adalah berkurangnya jumlah hasil buang berupa sampah (waste)
dengan penerapan strategi yang dilakukan secara terus menerus untuk mencegah
kerusakan lingkungan sehingga meningkatkan efisiensi serta mengurangi dampak
negatif pada manusia dan lingkungan hidup. Penerapan cleaner production telah
dilakukan pada industri manufaktur oleh beberapa negara maju, namun demikian
penerapan pada industri kecil dan menengah masih rendah. Keterbatasan penerapan
cleaner production pada industri kecil dan menengah karena kurangnya kesadaran
mengenai pentingnya menghasilkan produk yang aman untuk lingkungan hidup.
Keterbatasan penerapan cleaner production pada industri kecil dan menengah dapat
diatasi dengan melakukan inovasi, namun demikian inovasi yang dilakukan secara
internal (closed innovation) belum memberikan dukungan yang optimal dalam
mencapai cleaner production. Diperlukan keterlibatan pihak eksternal dalam
membantu industri kecil dan menengah (IKM) untuk mencapai cleaner production.
Inovasi yang melibatkan pihak eksternal dalam kegiatan inovasi suatu organisasi
disebut dengan open innovation.
Penelitian ini melibatkan 182 IKM batik sebagai responden. Responden tersebut
berlokasi di Laweyan (Surakarta), Madura, dan Lasem (Rembang). Model penelitian
dihasilkan untuk mencapai cleaner production melalui penerapan open innovation
pada IKM batik yang didukung oleh open innovation climate. Terdapat
environmental dynamism dan environmental competitiveness sebagai moderator
untuk hubungan antara open innovation climate dan open innovation.
Hasil pengujian model pengukuran dan model struktural menyatakan bahwa
hipotesis yang diterima yaitu open innovation memberikan pengaruh positif terhadap
cleaner production (H1); open innovation climate memberikan pengaruh positif
terhadap open innovation (H2); serta environmental dynamism sebagai moderator
yang dapat memperkuat pengaruh open innovation climate terhadap open innovation
(H3) signifikan secara statistik, sedangkan moderator environmental competitiveness
tidak terbukti memperkuat pengaruh open innovation climate terhadap open
innovation (H4).
Berdasarkan hasil pengujian, dilakukan pemetaan posisi open innovation terhadap
cleaner production. Posisi IKM batik pada setiap kuadran dianalisis/dieksplorasi
dengan depth interview. Hasil dari pemetaan tersebut membagi IKM dalam empat
kelompok/kuadran. Kuadran I untuk IKM yang belum memiliki kemampuan
melakukan proses open innovation sekaligus juga belum dapat mencapai cleaner
production. Kuadran II untuk IKM yang memiliki kemampuan untuk melakukan
upaya mencapai cleaner production, namun belum dilakukan berdasarkan proses
open innovation. Kuadran III untuk IKM yang telah memiliki kemampuan dalam
melakukan proses open innovation namun belum mendukung tercapainya cleaner
production. Kuadran IV untuk IKM yang memiliki kemampuan untuk melakukan
upaya mencapai cleaner production dan didukung oleh proses open innovation.