digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Augustina Asih Rumanti
PUBLIC Dewi Supryati

Cleaner production adalah berkurangnya jumlah hasil buang berupa sampah (waste) dengan penerapan strategi yang dilakukan secara terus menerus untuk mencegah kerusakan lingkungan sehingga meningkatkan efisiensi serta mengurangi dampak negatif pada manusia dan lingkungan hidup. Penerapan cleaner production telah dilakukan pada industri manufaktur oleh beberapa negara maju, namun demikian penerapan pada industri kecil dan menengah masih rendah. Keterbatasan penerapan cleaner production pada industri kecil dan menengah karena kurangnya kesadaran mengenai pentingnya menghasilkan produk yang aman untuk lingkungan hidup. Keterbatasan penerapan cleaner production pada industri kecil dan menengah dapat diatasi dengan melakukan inovasi, namun demikian inovasi yang dilakukan secara internal (closed innovation) belum memberikan dukungan yang optimal dalam mencapai cleaner production. Diperlukan keterlibatan pihak eksternal dalam membantu industri kecil dan menengah (IKM) untuk mencapai cleaner production. Inovasi yang melibatkan pihak eksternal dalam kegiatan inovasi suatu organisasi disebut dengan open innovation. Penelitian ini melibatkan 182 IKM batik sebagai responden. Responden tersebut berlokasi di Laweyan (Surakarta), Madura, dan Lasem (Rembang). Model penelitian dihasilkan untuk mencapai cleaner production melalui penerapan open innovation pada IKM batik yang didukung oleh open innovation climate. Terdapat environmental dynamism dan environmental competitiveness sebagai moderator untuk hubungan antara open innovation climate dan open innovation. Hasil pengujian model pengukuran dan model struktural menyatakan bahwa hipotesis yang diterima yaitu open innovation memberikan pengaruh positif terhadap cleaner production (H1); open innovation climate memberikan pengaruh positif terhadap open innovation (H2); serta environmental dynamism sebagai moderator yang dapat memperkuat pengaruh open innovation climate terhadap open innovation (H3) signifikan secara statistik, sedangkan moderator environmental competitiveness tidak terbukti memperkuat pengaruh open innovation climate terhadap open innovation (H4). Berdasarkan hasil pengujian, dilakukan pemetaan posisi open innovation terhadap cleaner production. Posisi IKM batik pada setiap kuadran dianalisis/dieksplorasi dengan depth interview. Hasil dari pemetaan tersebut membagi IKM dalam empat kelompok/kuadran. Kuadran I untuk IKM yang belum memiliki kemampuan melakukan proses open innovation sekaligus juga belum dapat mencapai cleaner production. Kuadran II untuk IKM yang memiliki kemampuan untuk melakukan upaya mencapai cleaner production, namun belum dilakukan berdasarkan proses open innovation. Kuadran III untuk IKM yang telah memiliki kemampuan dalam melakukan proses open innovation namun belum mendukung tercapainya cleaner production. Kuadran IV untuk IKM yang memiliki kemampuan untuk melakukan upaya mencapai cleaner production dan didukung oleh proses open innovation.