Urbane Indonesia merupakan salah satu biro tenama di Indonesia. Karyanya antara lain adalah
Masjid Al Safar dan Masjid Jami’e Darussalam. Kedua masjid ini menjadi bahan perbincangan
hangat karena memiliki desain yang berbeda dari masjid pada umumnya. Masjid Al Safar
masuk ke dalam nominasi Abdullatif Al Fozan Award, ajang penghargaan karya masjid di
dunia. Sedangkan Masjid Jami’e Darussalam menjadi solusi bagi keterbatasan tempat ibadah
nyaman di lingkungannya. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi tipologi arsitekturinterior dan persepsi pengguna pada Masjid Al Safar dan Masjid Jami’e Darussalam.
Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dengan studi komparatif. Informasi mengenai
Urbane, Masjid Al Safar dan Masjid Jami’e Darussalam dikumpulkan menggunakan
pendekatan biography yang diperkuat dengan melakukan wawancara terhadap Urbane.
Observasi dilakukan untuk mengenali unsur arsitektur dan interior Masjid Al Safar dan Masjid
Jami’e Darussalam. Pendekatan historical dilakukan untuk menjabarkan tipologi masjid yang
ada di dunia dan di Indonesia. Teori tipologi masjid bersumber dari Martin Frishman, Syaom
Barliana, Fauzia Latifa dan Yulianto Sumalyo. Sedangkan teori persepsi ruang bersumber dari
Fauzia Latifa dan Bert Bielefeld. Studi komparatif digunakan untuk membandingkan unsur
arsitektur-interior pada kedua masjid dengan tipologi masjid yang ada di dunia dan di Indonesia
menggunakan pendekatan tipo-morfologi. Wawancara dilakukan terhadap pengguna untuk
mengetahui persepsi ruang yang dirasakan. Meskipun Masjid Al Safar dan Masjid Jami’e
Darussalam dianggap memiliki desain yang baru dan berbeda oleh masyarakat, namun
keduanya masih tetap memenuhi kebutuhan dan syarat bangunan masjid berdasarkan AlQur’an dan Hadist. Tipologi kedua masjid pun tidak dapat dikatakan baru, karena dapat
dijumpai pada beberapa desain masjid di Indonesia maupun di dunia yang lebih dulu dibangun.
Pada ruang utama seperti area pintu masuk dan ruang shalat, tipologi yang terbentuk adalah
monumentalisme dan modern kontemporer. Hal tersebut mempengaruhi persepsi ruang yang
terbentuk, yaitu nyaman, kagum, khusyuk, khidmat dan formal. Sedangkan pada ruang-ruang
penunjang, tipologi yang terbentuk adalah fungsionalisme. Hal tersebut juga mempengaruhi
persepsi ruang yang terbentuk, yaitu nyaman dan formal.