digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bank memiliki beberapa risiko yang harus dikelola, dimana risiko utamanya adalah risiko kredit yang indikatornya adalah rasio Non-Performing Loan (NPL). Bank Bukopin menghadapi kenaikan NPL dari tahun ke tahun dengan semakin tingginya angka kredit macet hingga hampir mencapai limit batas yang ditetapkan oleh FSA sebesar 5%. Tingginya angka kredit macet mempengaruhi kredibilitas dan menggerus laba perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR, LDR, dan BOPO terhadap NPL dan menganalisa risiko kredit berdasarkan NPL per sektor ekonomi, sehingga dapat membantu Bank Bukopin dalam menelaah masalah kredit macet dan informasi untuk ekspansi kredit kedepannya. Penelitian ini menggunakan data keuangan Bank Bukopin periode tahun 2010 – 2020Q3, dengan faktorfaktor yang menjadi variabel bebasnya adalah CAR, LDR, dan BOPO sedangkan Net NPL sebagai variabel terikatnya. Pada penelitian ini digunakan uji statistik untuk mengetahui pengaruh CAR, LDR, dan BOPO terhadap Net NPL dan dilakukan analisa terhadap kinerja NPL Bank Bukopin berdasarkan sektor ekonomi pada periode tahun 2010-2020Q3. Untuk memperkuat analisa maka penulis juga menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada internal managemen perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa CAR, LDR, dan BOPO secara bersama-sama mempengaruhi Net NPL sebesar 64,7%. Sektor ekonomi konsumsi (perorangan) dan ritel merupakan penyumbang NPL terbesar pada Bank Bukopin, sehingga harus segera ditangani sesuai dengan siklus bisnisnya dan kedepannya Bank Bukopin dapat lebih selektif dalam ekspansi kredit. Berdasarkan hasil penelitian, Bank Bukopin harus menjaga rasio-rasio yang merupakan indikator kinerja bank. Komponen LDR dan BOPO yang mempengaruhi NPL harus dipantau. Selain fokus pada kredit, Bukopin harus menjaga likuiditasnya dan terus melakukan efisiensi agar beban usaha dapat ditekan. Bank Bukopin harus memperbaiki proses kredit agar dapat mengurangi risiko kredit di masa yang akan datang, penulis menyarankan untuk membuat risk outlook yang menginformasikan kondisi sektor ekonomi di Indonesia yang dapat diakses oleh seluruh karyawan, sehingga dapat meminimalisir risiko kredit yang disalurkan.