COVER Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Fatchurohman Dwi Saputra
PUBLIC Alice Diniarti
“Gunung Slamet Muda” terletak di sebelah Timur Gunung Slamet, terdiri dari lava dan endapan
piroklastik yang menjadi bahan induk penyususun tanah di lokasi Baturaden dan Purbalingga.
Kajian mengenai hubungan antar lapisan tanah baik secara karakteristik dan genesis tanah melalui
analisis fisik, kimia dan mineralogi tanah sangat menarik untuk dikaji karena pemanfaatan tanah
secara umum masih berfokus pada lapisan permukaan tanah saja padahal, potensi tanah di lapisan
bawah masih terbuka untuk dilakukan penelitian guna mengetahui kualitas tanah untuk tanaman
pertanian pada lokasi Baturaden dan Purbalingga.
Daerah penelitan Baturaden terdiri dari empat lapisan tanah, berdasarkan data lapangan
menggunakan metode mikromorfologi tanah yakni tekstur dan struktur tanah. Masing masing
lapisan diambil dianalisis menggunakan metode fisika, kimia dan mineral (petrografi dan X-ray
Diffraction (XRD)). Kolaborasi antar metode analisis diketahui potensi tanah disarankan pada
interval ke dalaman 0-40cm dan 80-100cm untuk tanaman musiman seperti nanas, kacang hijau,
gandum dan paprika serta tanaman tahunan berupa kopi arabika, kakao dan karet.
Lokasi Purbalingga terdiri dari lima lapisan tanah, berdasaran data lapangan dan analisis
laboratorium serupa dengan daerah penelitian Purbalingga. Potensi tanah dapat dimanfaatkan
sebagai media tanam untuk tanaman musiman berupa paprika, kacang hijau dan gandum (tanaman
musiman). Tanaman tahunan berupa kakao, karet dan cengkeh.
Tingkat perkembangan tanah di Baturaden dan Purbalingga belum berkembang berdasarkan
identifikasi horison tanah yang terbentuk adalah horison A dan C, mineral olivine masih ditemukan
pada beberapa lapisan tanah dan jenis serapan koloid tanah masih berupa koloid amorf. Jenis
koloid kedua lokasi serupa yakni koloid amorf contohnya silika monokristalin dan koloid kritalin
berupa hematit dan gibsit. Bentuk menyudut dan membulat pada mineral merupakan hasil dari
proses pembentukan mineral. Peningkatan jumlah mineral bulat selaras dengan nilai kapasitas
tukar kation (KTK) tanah, mineral lempung dan kejenuhan basa (KB).