digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2021 TS PP NADHIFIA IRYADINI 1.pdf ]
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi tinggi terhadap ancaman bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa jumlah bencana alam yang terjadi selama 2018-2019 mengalami peningkatan. Tidak hanya kehilangan harta benda dan rumah yang hancur hingga rata dengan tanah, tetapi mereka juga kehilangan fasilitas-fasilitas umum seperti fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum lainnya. Hal tersebut berdampak langsung terhadap psikologis korban, sehingga dalam kondisi trauma tempat-tempat berlindung sementara sangat dibutuhkan oleh korban paska bencana. Shelter adalah program dalam penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat yang diharapkan dapat menjadi tempat berlindung bagi korban bencana. Shelter memiliki peran penting untuk mengurangi resiko kematian dan kerentanan serta memperkuat ketahanan masyarakat (IFRC, International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies). Shelter darurat, shelter sementara, dan sheltertetap adalah bentuk hunian bertahap hingga mencapai shelter yang layak huni. Penyediaan shelter diharapkan dapat memperingan penderitaan korban bencana serta melindungi korban dari bencana dimasa yang akan datang, namun melihat kondisi di lapangan, kebutuhan dan hak-hak korban bencana masih belum terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jenis dan karakter shelter bagi korban bencana alam mulai dari masa darurat, transisi, hingga permanen, sehingga dari aspek-aspek tersebut akan menghasilkan temuan terkait dengan karakter shelter bencana dalam memenuhi kebutuhan penghuninya. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan beberapa data sekunder berupa literatur, jurnal, buku panduan terkait dengan bencana, dan berita faktual melalui media elektronik, serta YouTube. Proses metode analisis data dilakukan dengan cara komparasi setiap aspek yang diteliti dan melihat pola hubungannya kemudian mengaitkan temuan dengan upaya mitigasi bencana. Analisis struktur relasi ruang dilakukan dengan metode analisis Space Syntax. Hasil dari penelitian ini menghasilkan beragam karakter shelter, antara lain adalah : (1.) Jenis bencana di Indonesia yang menyebabkan banyak korban kehilangan rumah tinggalnya adalah jenis bencana berat seperti tsunami, gempa bumi, dan longsor, sedangkan pada pusat penampungan kolektif jenis bencana ringan seperti banjir, kabut asap, dan erupsi gunung. (2.) Aspek Jenis dan Bentuk bangunan pada shelter darurat, sementara, hingga tetap cenderung semakin permanen bangunannya bentuknya pun 4 semakin kompleks. Organisasi bentuk yang diterapkan pada shelter bencana yaitu bentuk linear dan bentuk terklaster dengan jenis bangunan rumah tapak serta rumah panggung; (3.) Ukuran shelter semakin permanen maka ukurannya pun semakin besar; (4.) Program ruang semakin permanen bangunana maka semakin terbentuk program ruangnya. Shelter darurat tidak memiliki program ruang, sheltersementara memiliki program ruang yaitu ruang private dan ruang publik, sedangkan shelter tetap yaitu ruang private, ruang publik, dan ruang service; (5.) Aksesibilitas ruang pada shelter juga membentuk sebuah proses dimana semakin permanen bangunan maka semakin banyak relasi antar ruangnya. Relasi ruang paling banyak adalah ruang publik yang cenderung berada di area depan, sedangkan ruang privasi cenderung terletak di area belakang sehingga relasinya lebih sedikit ; (6.) Material bangunan yang digunakan berbeda-beda, shelter darurat lebih banyak menggunakan material tenda seperti terpal, D300 soft standar TNI, dan polyster, sedangkan bangunan shelter sementara cenderung menggunakan material ramah lingkungan seperti bambu, dan kayu, kemudian shelter tetap cenderung menggunakan material lokal atau material bangunan seperti beton ringan, kayu dan baja ringan; (7.) Sistem konstruksi pada tenda darurat sifatnya portable dan mudah dipindahkan maka sistem konstruksi yang digunakan hanya berupa rangka tenda dan tali, sedangkan shelter sementara rata-rata menggunakan sistem hunian ramah gempa dan menggunakan sistem knockdown sehingga dapat dengan mudah dibongkar pasang karena sifatnya yang sementara, kemudian shelter tetap juga menerapkan sistem hunian ramah gempa dan memiliki 3 jenis struktur yaitu struktur beton, kayu dan baja ringan.