digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Studi mengenai singkapan batuan terekahkan telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti dengan tujuan yang beragam, di antaranya untuk mengetahui gambaran geologi regional dan sebagai analog untuk data bawah permukaan. Adapun properti rekahan yang dapat direkam di singkapan batuan di antaranya adalah orientasi rekahan, intensitas rekahan, dan jarak antar rekahan. Dalam hal intensitas rekahan, properti ini merupakan salah satu yang dapat diprediksi pada suatu area di sekitar inti sesar yang disebut zona hancuran sesar. Intensitas rekahan memiliki kecenderungan untuk meningkat seiring dengan semakin dekat dengan inti sesar dari suatu zona hancuran. Namun, berbeda dengan hubungan antara lebar inti sesar, pergeseran sesar, dan lebar zona hancuran sesar yang bersifat power law sebagaimana yang telah dilaporkan oleh penelitian yang telah ada, hubungan intensitas rekahan dan jarak terhadap sesar utama dilaporkan sangat bergantung pada skala observasi. Oleh karena itu, studi ini dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui perubahan nilai intensitas rekahan pada zona hancuran sesar beserta hubungan antara lebar inti sesar, pergeseran sesar, dan lebar zona hancuran, khususnya di batuan granit. Kegiatan lapangan dilakukan di singkapan granit di Pulau Bangka. Metode scanline dan pengambilan gambar singkapan telah dilakukan untuk pengambilan data rekahan dan untuk menghasilkan model digital dengan metode structure-from-motion photogrammetry, yaitu suatu metode untuk menghasilkan Model Singkapan Digital (Digital Surface Model atau DSM) dari kumpulan foto. Berdasarkan data lapangan dan simulasi paleostress inversion, diketahui keterdapatan dua peristiwa tektonik dapat mengontrol kehadiran rekahan di daerah penelitian. Pengambilan sampel batuan juga telah dilaksanakan dengan tujuan analisis petrografi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa granit didominasi oleh mineral utama K-felspar, kuarsa, dan plagioklas. Hasil proses sekunder juga teramati, seperti plagioklas yang terdeformasi dan disolusi mineral. Pada beberapa sampel, rekahan terlihat berkembang lebih banyak pada felspar dibandingkan pada kuarsa yang hanya menunjukkan pemadaman bergelombang. Berdasarkan analisis intensitas rekahan pada zona hancuran sesar, hubungan antara intensitas rekahan dan jarak dengan sesar utama teramati bersifat linear. Hubungan antara tebal inti sesar, pergeseran sesar, dan lebar zona hancuran juga telah ditentukan. Berdasarkan data lapangan dan data dari publikasi-publikasi yang telah ada, nilai dari lebar zona hancuran sesar yang terbentuk di batuan granitoid yang terekahkan oleh sesar geser cenderung sesuai dengan fungsi power-law ???? = 42,016????0,799, dengan ‘????’ merupakan lebar zona hancuran sesar (meter) dan ‘????’ adalah besar pergeseran sesar (meter). Fungsi ini diharapkan dapat membantu pemodelan distribusi rekahan pada zona hancuran sesar. Selanjutnya, studi ini mengaplikasikan metode scanline untuk mendapatkan data rekahan di lapangan. Metode ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah membutuhkan waktu yang relatif banyak. Studi ini mencoba mengaplikasikan keunggulan DSM untuk memprediksi data intensitas rekahan yang mungkin didapat bila melakukan scanline di lapangan. Metode Minkowski, metode identifikasi kelurusan rekahan semi-otomatis pada DSM, dan fungsi umum fraktal digunakan untuk prediksi ini. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai dari intensitas rekahan pada scanline yang dilakukan di lapangan (????(????)????) dapat diprediksi sesuai dengan fungsi ????(????)???? = ????(????)???? ? 1,67????, dengan ‘????(????)???? ’ merupakan nilai intensitas dari scanline virtual di DSM dengan resolusi 1 cm/pixel dan ‘????’ merupakan dimensi fraktal dari geometri rekahan di singkapan. Pada akhirnya, prediksi ini diharapkan untuk dapat diaplikasikan ketika metode scanline tidak dapat dilakukan di lapangan.