digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2021 TS PP PRIMASTITI W. MUMPUNI 1.pdf)u
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

COVER Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

BAB 1 Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

BAB 2 Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

BAB 3 Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

BAB 4 Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

BAB 5 Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

PUSTAKA Primastiti Wening Mumpuni
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Keberadaan perpustakaan di perguruan tinggi merupakan suatu hal yang bersifat esensi. Tidak mengherankan apabila akreditasi dan kualitas penelitian suatu perguruan tinggi dapat dilihat dari kondisi perpustakaannya. Pencahayaan merupakan salah satu aspek mendasar dalam membentuk bangunan publik. Fungsi praktis cahaya tentu saja diperlukan oleh setiap bangunan, termasuk bangunan publik. Namun pada akhirnya pencahayaan mempengaruhi beberapa aspek lain dalam diri pengguna bangunan terkait. Kualitas pencahayaan di perpustakaan perguruan tinggi memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan visual dan efisiensi belajar para mahasiswanya. Beberapa perpustakaan perguruan tinggi mengandalkan lampu sebagai penerangan utama seluruh areanya sehingga cahaya yang ada fokus terhadap fungsi praktis cahaya, yaitu membuat objek terlihat oleh mata manusia. Keberadaan task lighting yang kurang mendapatkan perhatian. Penelitian menyangkut pentingnya pencahayaan alami dan buatan sudah sering dilakukan, namun peran pencahayaan di perpustakaan yang mempengaruhi produktivitas penggunanya belum diteliti secara khusus, terutama di Indonesia. Berbagai penelitian tentang pencahayaan dan perpustakaan telah beberapa kali dilakukan namun hal itu terjadi di luar benua Asia (Belanda, Inggris, dan Amerika Selatan) sedangkan indera pengelihatan orang Asia yang cenderung berwarna gelap memiliki tingkat kemampuan menangkap cahaya dibandingkan orang Amerika dan Eropa yang bermata terang. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan tipe pencahayaan apa yang mempengaruhi produktivitas pengguna. Objek penelitian yang dipilih adalah perpustakaan Institut Teknologi Bandung, yang merupakan salah satu perguruan ternama di Indonesia, dan responden adalah mahasiswa pasca-sarjana yang masih aktif berkuliah di ITB. Mahasiswa pascasarjana memiliki tuntutan lebih tinggi untuk melakukan penelitian dibandingkan mahasiswa tingkat sarjana, sehingga data yang diperoleh akan relevan untuk penelitian ini. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui observasi lapangan, studi literatur, kuesioner, dan wawancara mendalam. Berdasarkan observasi lapangan ditemukan bahwa mahasiswa pasca-sarjana cenderung memilih lantai dua dan tiga untuk beraktivitas di perpustakaan. Selain itu, perpustakaan yang menjadi objek penelitian hanya mengandalkan ambient lighting sebagai pencahayaan utama dan dibantu cahaya alami di pagi hingga siang hari. Tahap pengumpulan data berikutnya adalah distribusi kuesioner, yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan responden dalam beraktivitas di perpustakaan. Responden yang berpartisipasi dalam tahap ini berjumlah 66 orang. Analisa hasil kuesioner menemukan bahwa pencahayaan yang ada di perpustakaan pusat ITB saat ini dianggap cukup mendukung kegiatan responden untuk membaca, mendorong fokus, mengekstrak informasi dengan baik, dan tidak menyebabkan kelelahan mata, meskipun secara umum pencahayaan tersebut tidak dapat dikatakan ideal. Hasil kuesioner juga menjadi acuan untuk menentukan narasumber untuk tahap pengambilan data selanjutnya, yaitu wawancara mendalam. Pada tahap wawancara mendalam, ditentukan tujuh (7) orang narasumber yang memberikan respon positif dalam memberikan penilaian kuesioner. Melalui wawancara ditemukan bahwa kondisi perpustakaan secara umum kondusif untuk melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi dan motivasi, terutama untuk mengerjakan tugas. Selain itu, narasumber juga mengungkapkan bahwa perpustakaan pusat memiliki vibe yang khas, sangat akademis. Narasumber memilih siang hari untuk mengunjungi perpustakaan karena beberapa faktor. Selain faktor jam kuliah yang sudah selesai, cahaya area baca di siang hari cukup terang dan nyaman untuk kegiatan paper-based seperti membaca buku. Mengingat area baca perpustakaan pusat hanya mengandalkan ambient lighting, cahaya semakin meredup mulai sore hari, sehingga terjadi pergeseran aktivitas dari paper-based menjadi computer-based. Narasumber menggambarkan area baca di beberapa titik yang ada di lantai dua sebagai remang-remang, sehingga tempat yang bersebelahan dengan jendela selalu diisi lebih dulu. Meskipun secara umum pengguna dapat beradaptasi dengan pencahayaan yang ada, perbaikan pencahayaan dengan adanya task lighting disambut baik oleh pengguna. Selain pencahayaan, terdapat faktorfaktor lain yang mempengaruhi produktivitas, yaitu suhu, atmosfer, dan furnitur.