ABSTRAK Rini Agustin
PUBLIC yana mulyana cover
PUBLIC yana mulyana 2022 TA PP AYU TRISNA DARMAYANTI 1-BAB 1
PUBLIC yana mulyana BAB 2
PUBLIC yana mulyana BAB 3
PUBLIC yana mulyana BAB 4
PUBLIC yana mulyana BAB 5
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA
PUBLIC yana mulyana
Kristal cair (KC) adalah fase antara cairan dan padatan, oleh karena itu disebut juga
mesofase. Pada fase ini zat mempunyai sifat mengalir seperti cairan tetapi
mempunyai karakteristik susunan molekul yang rigid dan orientasi yang sama
dengan kristal padatan. Zat yang dapat membentuk kristal cair disebut mesogen.
Saat ini pemanfaatan kristal cair dalam kedokteran dan farmasi mulai berkembang,
diantaranya sebagai pembawa obat dan kosmetika, untuk peningkatan kelarutan
obat-obat yang sukar larut, kontrol pelepasan obat, dan stabilitas obat. Namun
pengembangan yang telah diteliti dalam aplikasi farmasetika adalah dari mesogen
surfaktan dan lipid serta molekul obat itu sendiri. Untuk kristal cair dari polimer,
terutama polimer hidrokoloid masih terbatas, sehingga ini menjadi peluang untuk
terus diteliti dan dikembangkan.
Kitosan (CH) merupakan salah satu diantara polimer hidrokoloid alam yang
memenuhi syarat sebagai pembentuk kristal cair (mesogen). Sifat dasar mesogen
yang dimiliki CH yakni sebagai polimer ampifil dan anisotropik yang dapat
melakukan penyusunan diri sendiri (self assembly), memungkinkan polimer ini
untuk membentuk sistem kristal cair. Namun penelitian yang mengkaji
pembentukan dan karakteristik kristal cair CH yang diaplikasikan dalam farmasi,
seperti sebagai pembawa obat/kosmetik masih sangat terbatas. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian dalam pembentukan kristal cair CH
untuk aplikasi farmasetis sebagai sistem pembawa sediaan transdermal. Sebagai
model obat digunakan kafein anhidrat dan natrium diklofenak.
Penelitian diawali dengan pemeriksaan bahan baku CH meliputi karakteristik fisiko
kimia, yaitu pemeriksaan habit kristal, difraksi sinar-X, analisis termal dengan DSC
(Differential Scanning Calorymetry), dan penentuan berat molekul CH dengan
kromatografi permeasi gel (gel permeation crhromatography/GPC). Kemudian
dilanjutkan dengan skrining terhadap pembentukan sistem kristal cair CH sebagai
kristal cair liotropik (dengan pelarut). Pelarut yang digunakan adalah beberapa
larutan asam organik lemah, yaitu asam sitrat (CA), asam tartrat (TA), asam
askorbat (ASC), asam laktat (LA) masing-masing 10 dan 20%. Variasi konsentrasi
dalam rentang 5-20% b/b (interval 2,5%) dilarutkan dalam masing-masing
pelarut tersebut, dihomogenkan dengan magnetic strirer pada suhu ruang selama
30 menit dalam vial tertutup rapat. Larutan tersebut dibiarkan selama 48 jam,
sebelum dievaluasi. Sistem kristal cair dievaluasi menggunakan mikroskop
polarisasi/PLM), DSC, Spektroskopi FTIR, dan SAXS (Small Angle X-ray
Scattering). Hasil evaluasi diharapkan memberikan kesimpulan tentang perilaku
dan karakteristik sistem kristal cair CH yang stabil yang nantinya diharapkan dapat
diaplikasikan untuk sistem penghantaran gel topikal yang mengarah sebagai
pengembangan sediaan gel transdermal.
Selanjutnya dicari faktor pencetus (trigger) yang dapat meningkatkan kemampuan
penyusunan diri sendiri (self assembly) dari CH sehingga dapat terbentuk sistem
yang rigid dalam fase cair/gelnya. Faktor pencetus yang ditentukan adalah faktor
fisika (suhu dan faktor mekanik) dan kimia. Gel CH dibuat dan diamati dengan
suhu yang dinaikkan sampai 60?dan didinginkan kembali. Untuk mekanik, gel
CH dijadikan film dengan alat pencetak film dan dibiarkan mengering pada suhu
kamar. Natrium diklofenak dan kafein anhidrat masing-masing diaplikasikan ke
dalam gel dan film, selanjutnya dikarakterisasi dengan mikroskop polarisasi, XRD
dan SAXS. Pengaruh faktor kimia dilihat dengan melakukan modifikasi pada CH
sebelum dijadikan gel untuk pembawa sediaan transdermal, yaitu membuat CH
lebih hidrofobik dengan penambahan asam lemak, yakni asam palmitat. CHpalmitat yang terbentuk dijadikan sistem liotropik biner (dengan hanya
mendispersikan dalam pelarut asam) dan sistem liotropik terner (mendispersikan
dalam pelarut asam dan menambahkan minyak). Kedua sistem ini digunakan
sebagai pembawa untuk sediaan transdermal dengan model obat kafein anhidrat dan
natrium diklofenak.
Hasil pemeriksaan bahan baku CH menunjukkan padatan semikristalin dengan
habit tidak beraturan, berat molekul 145±3,94 kDa dengan puncak karakteristik CH
yang spesifik pada 2?=10,76° dan 20,69° berdasarkan hasil konfirmasi FTIR, XRD,
dan DSC dan GPC. Hasil skrining pembentukan kristal cair CH pada variasi asam
dan pH menunjukkan adanya birefringence CH yang terbentuk dalam CA, TA,
ASC, dan LA masing-masing 10 dan 20% dengan pH akhir sistem ada pada rentang
2,5-4,5. CH akan larut dalam asam organik encer pada pH dibawah pKa CH (pKa
6,3) dan dapat membentuk gel pada pH yang lebih rendah. Pada peningkatan
konsentrasi CH diatas pH terbentuknya gel tersebut (c*), CH akan bisa membentuk
sistem kristal cair yang ditunjukkan dengan adanya birefringence pada mikroskop
polarisasi. Karakterisasi dilakukan dengan polarisasi mikroskop untuk menentukan
c* (konsentrasi terendah di mana birefringence muncul dari transisi fase kristal
isotropik-cair). c* CH adalah 10-17,5% b/b pada 10 dan 20% CA, TA, ASC dan
LA dengan pH akhir sistem dalam kisaran 2,9-4,4. Pada penelitian selanjutnya
digunakan CA dan TA karena sistemnya lebih stabil dibandingkan dengan
menggunakan LA dan ASC. Hasil SAXS dari hidrogel CH dalam CA dan TA
menunjukkan struktur hidrogel belum menunjukkan keteraturan (order structure),
namun sudah menunjukkan adanya domain yang bisa ditentukan ukurannya,
dimana secara umum semakin tinggi konsentrasi CH, semakin terbentuk domain
tersebut. Jari-jari domain yang terbentuk di wilayah 1