digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Toni Yogo
PUBLIC Yoninur Almira




Industri genteng di Kabupaten Majalengka termasuk industri yang mempunyai multiplier effect terhadap beberapa aspek seperti ketenagakerjaan, pendapatan masyarakat, kelembagaan dan sebagainya serta sebagai bentuk pengembangan ekonomi lokal. Industri genteng memiliki nilai kepentingan yang besar dalam pengembangan ekonomi karena mencakup lebih dari 80% industri besar dan menengah, dengan tenaga kerja yang merupakan kedua terbesar setelah pertanian. Namun demikian industri ini mulai mengalami penurunan dalam perannya mendorong pembangunan ekonomi lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi tingkat pendidikan, motivasi, iklim organisasi dengan produktivitas industri genteng di Kabupaten Majalengka. Pengetahuan atas hubungan-hubungan tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi penyusunan intervensi pengembangan industri genteng sebagai bagian dari pengembangan ekonomi lokal Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif dan eksplanasi menggunakan 313 responden karyawan dan 30 responden pengusaha, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, angket dan wawancara terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, secara signifikan dan positif terdapat hubungan antara: a) motivasi dan kompetensi tingkat pendidikan; b) motivasi dan iklim organisasi; c) produktivitas dan kompetensi tingkat pendidikan. d) produktivitas dan iklim organisasi; e) produktivitas dan motivasi. Kedua, industri genteng kurang signifikan dalam kontribusinya kepada pengembangan ekonomi lokal, terlihat dari: a) kecenderungan lapangan pekerjaan menurun; b) baik bahan baku maupun penolong semuanya bersumber dari bahan yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources), bahkan sudah pasti merusak lingkungan; c) suplai berlebih mengakibatkan harga genteng menurun dan terjadi persaingan harga yang tidak sehat di pasaran yaitu dengan adanya tengkulak dan calo. Selain itu produk genteng asbes, beton, metal, plastik, mika, alumunium, seng, ikut mewarnai persaingan. Akibat lebih lanjut biaya produksi dan keuntungan produksi tidak sebanding maka banyak perusahan yang gulung tikar. Industri genteng masih berpotensi menjadi pendorong pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Majalengka. Beberapa langkah yang bisa dilakukan anatara lain: a) meningkatkan profesionalitas tenaga kerja dengan meningkatkan kompetensinya; b) penggunaan bahan baku dan penolong secara lebih efektif dan efisien; c) kualitas genteng terkontrol, keseimbangan suplai dan permintaan, dan teknik pemasaran, d) membuat produk baru seperti keramik, batu bata, keramik, kerajinan tangan, perikanan dan lain-lain. Pendidikan formal maupun non formal diperlukan untuk memenuhi kompetensi sumber daya manusia dari industri genteng untuk optimasi produksi