digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dini Agumsari
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Sungai Musi memainkan peranan penting dalam kesejarahan dan perkembangan Palembang. Sejak dahulu, sungai ini digunakan sebagai sarana bermukim, berdagang, dan transportasi. Fenomena ini membentuk budaya riparian pada masyarakatnya yang memiliki keterikatan khusus dengan sungai. Namun, seiring dengan kemajuan transportasi, terjadi pergeseran perdagangan dari orientasi perairan ke daratan. Masyarakat mulai mengalihkan aktivitas berbasis airnya ke ruang darat, seperti halnya di Kawasan Pasar 16 Ilir. Kawasan ini tumbuh dengan signifikansi sejarah dengan budaya riparian yang kuat, namun karakteristik ini bukan menjadi sorotan utama dalam gagasan pegembangan pariwisata kota. Perencanaan atraksi yang digagas sebelumnya, seperti identik dengan ciri tempat lain, tanpa kehadiran karakter lokal. Padahal, keberadaan kawasan pasar juga dianggap sebagai ruang interaksi, sehingga tidak dapat dipisahkan dari budaya lokal dan karakteristik khas yang melekat padanya. Studi ini berusaha menangkap kembali karakteristik budaya riparian kawasan, lewat metode penelusuran fenomenologi arsitektur oleh Norberg Schulz, yakni genius loci. Proses penelusuran ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna, dimana suatu tempat memiliki ciri yang berbeda dengan tempat lainnya. Hasil menunjukkan bahwa interaksi manusia dengan sungai adalah aktivitas yang harus terus terjaga, untuk mempertahankan keunikan budaya riparian kawasan. Hasil temuan ini akan mewarnai gagasan pengembangan kawasan, dimana konsep “menangkap kembali semangat budaya riparian” diterjemahkan ke dalam lima elemen pembentuk citra kota, yakni jalur, batas, distrik, simpul, dan tengaran. Penyusunan konsep juga dilakukan dengan pembagian tiga tema berbeda pada tiap zonanya untuk menarasikan kembali keunikan kawasan ini.