ABSTRAK Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Rahajeng Sari Putri
PUBLIC Yoninur Almira 2020 TS PP RAHAJENG SARI PUTRI_LAMPIRAN.pdf
]
PUBLIC Yoninur Almira
Untuk menghadapi permasalahan kota dan tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan publik, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengembangkan konsep
Kota Cerdas atau Smart City. Salah satu yang menjadi perhatian Pemerintah Kota
Tangerang Selatan adalah layanan smart city di bidang kesehatan yang juga
dikembangkan dalam rangka mewujudkan kota sehat yang mana salah satu
indikatornya adalah pelayanan kesehatan yang dapat diakses secara adil dan
merata oleh seluruh masyarakat. Pemerintah Kota Tangerang Selatan meraih
peringkat ke tiga dalam lingkup kota metropolitan pada "Indeks Kota Cerdas
Indonesia" (IKCI) tahun 2018. Penelitian ini dibuat karena telah banyak inovasi
dan program dalam bentuk layanan daring bidang kesehatan yang dibuat namun
belum menjadi suatu ukuran bahwa pelaksanaan komponen smart governance
sudah berjalan. Kapasitas layanan yang berbeda antara puskesmas dan rsu
menimbulkan pertanyaan tentang kebutuhan peningkatan kuantitas layanan
melalui tata kelola cerdas atau smart governance. Demikian tujuan penelitian
adalah untuk untuk mengevaluasi program layanan daring bidang kesehatan
berdasarkan efektivitas dalam rangka mendukung pembangunan kota cerdas.
Variabel besar penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu layanan daring menurut
OPD dan menurut masyarakat untuk melihat sisi supply dan demand. Kedua
variabel besar tersebut disandingkan untuk mengukur efektivitas. Efektivitas yang
dimaksud dalam penelitian ini diturunkan dari konsep smart governance dan teori
evaluasi kebijakan. Demikian dapat dikatakan suatu kebijakan atau layanan
dikatakan efektif apabila layanan yang diberikan dapat dilihat sebagai supply yang
harus memenuhi preferensi penggunanya. Data dikumpulkan dengan teknik
kuisioner di tiga puskesmas sampel dan satu RSU. Kuisioner dibedakan menjadi
dua, yaitu kuisioner untuk OPD dan untuk masyarakat. Data-data tersebut
dianalisis menggunakan teknik tabulasi silang untuk menjawab sasaran-sasarn
penelitian. Hasil analisis dibagi dua untuk membandingkan temuan di Puskesmas
dan RSU.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan smart governance bidang
kesehatan belum efektif, baik di Puskesmas maupun RSU. Hal ini bersamaan
dengan cakupan layanan Puskesmas mencapai lebih dari 98% dan RSU hanya
tersedia satu untuk wilayah kota. Hasil analisis kuisioner OPD menujukan bahwaii
hampir seluruh puskesmas dan RSU memiliki layanan yang baik, keculai
Puskesmas Ciputat dengan klasifikasi sedang. Namun, hasil analisis kuisioner
masyarakat menunjukan kondisi lain. Angka partisipasi tinggi memiliki
persentase yang rendah, tepatnya 30,16% untuk puskesmas dan RSU sebesar
42,10%. Preferensi terhadap layanan daring pada kasus puskesmas hanya didapati
sebesar 63,49%, sedangkan RSU sebesar 84,21%. Dari kedua sudut pandang
(OPD dan masyarakat) telah menghasilkan gambaran bahwa pelaksanaan smart
governance bidang kesehatan di Kota Tangerang Selatan pada semua studi kasus
tidak efektif. Kondisi ini belum mencapai kondisi ideal menurut Nam dan Pardo
(2012) dimana smart city harus dapat memberikan pelayanan dan responsif yang
sesuai kebutuhan pengguna. Begitu juga dengan konsep kota sehat dimana salah
satu tuntutanya adalah aksesibilitas pelayanan kesehatan (Hancock & Duhl 1988).