FSO (Floating Storage and Offloading) merupakan sebuah struktur terapung yang
dibangun untuk menampung crude oil yang didapatkan dari kegiatan penambangan minyak dan
gas bumi di lepas pantai. Dalam proses pengiriman minyak dari platform, FSO diharapkan berada
pada posisi yang stabil dengan pergerakan minimum akibat faktor-faktor lingkungan yang terjadi,
maka dari itu diperlukan sistem penambatan FSO. Sistem penambatan menggunakan jangkar tidak
menjadi opsi dikarenakan banyaknya pipa-pipa penyalur yang dibaringkan di sekitar platform dan
FSO, sehingga mooring menjadi pilihan terbaik dalam kasus ini. Berdasarkan pengolahan data
lingkungan di sekitar area Laut Natuna, diketahui bahwa terdapat arah angin, gelombang, dan arus
dominan sehingga dipilih sistem spread mooring dengan arah heading FSO dari northeast dimana
terjadi kombinasi angin, gelombang, dan arus yang terbesar. Adapun rantai mooring yang
digunakan akan mengalami pengurangan diameter akibat korosi oleh air laut sehingga perlu
dilakukan monitor secara rutin untuk menghindari putusnya rantai mooring. Pada tugas akhir ini
akan dilakukan analisis mengenai kekuatan spread mooring yang terjadi serta sisa ketebalan
mooring chain yang diizinkan untuk menghindari putusnya tali mooring. Analisis pada kasus ini
akan dilakukan pada kondisi ballast dan full load dan diawali dengan pemodelan struktur FSO
pada perangkat lunak penghitung response amplitude operator (RAO), yang bertujuan untuk
mengetahui respon struktur terhadap faktor alam yang bekerja. Kemudian keluaran dari pemodelan
tersebut akan diuji ketepatannya sesuai dengan ketentuan dari AISC, 2013. Setelah ketepatan dari
pemodelan tersebut teruji memenuhi standar, maka respon struktur dapat menjadi input untuk
perangkat lunak pemodelan sistem mooring. Pemodelan ini dilakukan pada dua kondisi, ultimate
limit state dan accidental limit state, untuk masing-masing kondisi, ballast dan full load.
Kemudian hasil dari pemodelan pada perangkat lunak ini akan dievaluasi sesuai dengan standar
minimum yang tercantum pada API-RP-2SK. Hasil akhir dari analisis respon struktur adalah
struktur dapat mengalami resonansi pada gelombang dengan frekuensi rendah, dan respon struktur
FSO terhadap faktor alam berpengaruh pada tension yang dihasilkan sepanjang tali mooring,
seperti telah dimodelkan, diketahui bahwa tension terbesar yang terjadi adalah 2,098 kN yang
terjadi pada mooring line 6 untuk kondisi ballast ketika ALS pada gelombang regular, sementara
untuk gelombang acak adalah 4,971 kN yang terjadi pada mooring line 6 untuk kondisi ballast
ketika ALS.