digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Muhammad Dzikri Ar-Ridlo
PUBLIC Irwan Sofiyan

Stereotip maskulinitas yang melekat pada sifat laki-laki dapat muncul pada tubuh perempuan disebabkan oleh suatu keadaan yang terdesak, dan paham sosial tentang reaksi terhadap lingkungan laki-laki dan perempuan adalah bersifat situasional. Maka, mengapa tidak mungkin jika perempuan bersifat maskulin yang berarti bahwa ia tidak lagi feminin. Maskulinitas perempuan pada sinematografi dijadikan poin utama bedah kajian. Dalam hal ini, aturan tentang teknis pengambilan gambar yang mendukung unsur naratif dan estetik sebuah film dianalisis lebih dalam menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes dan metode analisis teks. Secara garis besar, kajian visual ini mengulas bermacam unit tanda dalam teks visual yang bekerja sama dan berinteraksi dengan pengetahuan kebudayaan serta identitas relasi sosial di dalam film. Dalam praktiknya, pengumpulan data pada penelitian ini seluruhnya menggunakan studi pustaka. Teknis kajian maskulinitas perempuan dalam sinematografi film terbagi menjadi 2 tahapan analisis. Tahap pertama mengulas tentang tanda visual film yang berkaitan dengan kesatuan makna maskulinitas perempuan dengan cara memilah adegan film, selanjutnya dikaji melalui pendalaman bedah sinematografi, sintaktik visual, pemunculan denotasi dan konotasi. Tahapan kedua merupakan lanjutan dari kajian tahap pertama meliputi bahasan mitos dan relasi sosial wilayah Sumba sebagai latar seting film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Maskulinitas perempuan dalam sinematografi film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak pada akhirnya memberi ruang berfikir untuk menempatkan laki-laki dan perempuan yang seharusnya saling bertukar pikiran tentang pandangan-pandangan konstruksi gender agar bekerja sama melawan arus patriarki dan pandangan destruktif lainnya. Adapun tujuan lain dalam pertukaran pikiran dalam pandangan antara laki-laki dan perempuan adalah untuk memunculkan kesetaraan gender yang mengarahkan pada keuntungan diantara kedua belah pihak.