digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) dilakukan sebagai solusi untuk permasalahan transportasi yang dikembangkan untuk mendorong sustainable transportation, dalam studi ini mengangkat Kawasan TOD Dukuh Atas yang menjadi integrasi lima moda transportasi umum massal dan berlokasi di pusat ibukota, kawasan strategis Segitiga Emas Jakarta Pusat. Kawasan TOD yang dirancang agar compact dimana kawasan memiliki kepadatan yang tinggi ini akan berpotensi meningkatkan transportation demand. Kendaraan bermotor menjadi faktor dominan yaitu berkontribusi 80% terhadap pencemaran udara, sementara semakin parahnya kemacetan akan semakin meningkatkan akumulasi emisi kendaraan bermotor. Potensi dampak kemacetan dan polusi udara kendaraan bermotor dari pembangunan bangunan tinggi penting untuk dikaji mengingat dampak lingkungan seringkali diabaikan dalam analisis dampak pembangunan. Terlebih, adanya insentif pelampauan KLB untuk mendorong pertumbuhan kawasan. Penelitian ini ditujukan untuk memprediksi besar potensi peningkatan kemacetan dan polusi udara dan menilai bagaimana kemampuan kawasan TOD dalam mengurangi dampak negatif ini. Estimasi peningkatan volume dilakukan dengan pendekatan guna lahan menggunakan analisis spasial menurut trip rates yang dikeluarkan oleh ITE sementara pengukuran kemacetan berdasarkan analisis VCR, pengukuran polusi udara melalui nilai beban pencemar dan estimasi kerugian ekonominya menggunakan benefit transfer yang merujuk pada VTPI standard. Berdasarkan data inventarisasi bangunan tinggi, potensi bonus zoning yang sepenuhnya terbangun dapat meningkatkan 85% trip generation. Sehingga pada kondisi skenario do nothing, beberapa ruas jalan utama memiliki VCR > 0,8 dan polusi udara CO2 mencapai 22.988 ton/tahun. Besar kerugian dampak kemacetan dan polusi udara mencapai Rp 4,5 triliun per tahunnya berdasarkan valuasi menggunakan benefit transfer. Skenario do something dikembangkan sebagai target solusi dari opsi kendaraan dan penggunaan lahan sebagai langkah Transportation Demand Management (TDM). Target kondisi 60% bonus zoning terbangun, 50% penggunaan public transport, peningkatan non- motorized transportation (NMT) 15% yang dikembangkan pada skenario do something 4 perlu diwujudkan di Kawasan TOD Dukuh Atas sehingga mampu mengurangi potensi dampak kemacetan di seluruh ruas jalan utama dan polusi udara kendaraan bermotor sebesar 50,7% secara signifkan. Intensifikasi guna lahan perlu dijalani dengan diimbangi dengan adanya pengendalian terhadap dampak lalu lintas seperti penerapan ERP di ruas Jl. Jenderal Sudirman, dan manajemen permintaan transportasi agar penggunaan kendaraan pribadi dapat ditekan.