Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) dilakukan sebagai solusi untuk
permasalahan transportasi yang dikembangkan untuk mendorong sustainable transportation,
dalam studi ini mengangkat Kawasan TOD Dukuh Atas yang menjadi integrasi lima moda
transportasi umum massal dan berlokasi di pusat ibukota, kawasan strategis Segitiga Emas
Jakarta Pusat. Kawasan TOD yang dirancang agar compact dimana kawasan memiliki kepadatan
yang tinggi ini akan berpotensi meningkatkan transportation demand. Kendaraan bermotor
menjadi faktor dominan yaitu berkontribusi 80% terhadap pencemaran udara, sementara semakin
parahnya kemacetan akan semakin meningkatkan akumulasi emisi kendaraan bermotor. Potensi
dampak kemacetan dan polusi udara kendaraan bermotor dari pembangunan bangunan tinggi
penting untuk dikaji mengingat dampak lingkungan seringkali diabaikan dalam analisis dampak
pembangunan. Terlebih, adanya insentif pelampauan KLB untuk mendorong pertumbuhan
kawasan. Penelitian ini ditujukan untuk memprediksi besar potensi peningkatan kemacetan dan
polusi udara dan menilai bagaimana kemampuan kawasan TOD dalam mengurangi dampak
negatif ini. Estimasi peningkatan volume dilakukan dengan pendekatan guna lahan menggunakan
analisis spasial menurut trip rates yang dikeluarkan oleh ITE sementara pengukuran kemacetan
berdasarkan analisis VCR, pengukuran polusi udara melalui nilai beban pencemar dan estimasi
kerugian ekonominya menggunakan benefit transfer yang merujuk pada VTPI standard.
Berdasarkan data inventarisasi bangunan tinggi, potensi bonus zoning yang sepenuhnya
terbangun dapat meningkatkan 85% trip generation. Sehingga pada kondisi skenario do nothing,
beberapa ruas jalan utama memiliki VCR > 0,8 dan polusi udara CO2 mencapai 22.988
ton/tahun. Besar kerugian dampak kemacetan dan polusi udara mencapai Rp 4,5 triliun per
tahunnya berdasarkan valuasi menggunakan benefit transfer. Skenario do something
dikembangkan sebagai target solusi dari opsi kendaraan dan penggunaan lahan sebagai langkah
Transportation Demand Management (TDM). Target kondisi 60% bonus zoning terbangun, 50%
penggunaan public transport, peningkatan non- motorized transportation (NMT) 15% yang
dikembangkan pada skenario do something 4 perlu diwujudkan di Kawasan TOD Dukuh Atas
sehingga mampu mengurangi potensi dampak kemacetan di seluruh ruas jalan utama dan polusi
udara kendaraan bermotor sebesar 50,7% secara signifkan. Intensifikasi guna lahan perlu
dijalani dengan diimbangi dengan adanya pengendalian terhadap dampak lalu lintas seperti
penerapan ERP di ruas Jl. Jenderal Sudirman, dan manajemen permintaan transportasi agar
penggunaan kendaraan pribadi dapat ditekan.