digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

DAFTAR Maslahatun Nashiha
PUBLIC Yoninur Almira

2020 TS PP MASLAHATUN NASHIHA_JURNAL.pdf ]
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Sistem zonasi merupakan implementasi dari satu dari sembilan agenda prioritas pembangunan Indonesia atau yang dikenal dengan “Nawa Cita” yang kemudian diterjemahkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015- 2019 terkait dengan peningkatan kualitas hidup khususnya di bidang pendidikan. Penelitian yang telah ada terkait topik ini lebih berfokus pada apakah kebijakan tersebut sejalan dengan tujuan awal, yaitu pemerataan akses pendidikan. Penelitian yang terkait dengan dampak dari penerapan kebijakan tersebut dengan menggunakan pendekatan spasial dan pemahaman perilaku perjalanan masih belum banyak dilakukan. Karenanya, perlu dilakukan penelitian apakah dengan adanya kebijakan ini pola transportasi anak-anak memiliki kecenderungan menjadi lebih aktif atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan hasil perhitungan indeks walkability di lingkungan sekolah yang menerima siswa melalui jalur zonasi. Hal ini terkait dengan tujuan utama dari kebijakan zonasi yaitu pemerataan akses pendidikan khususnya bagi mereka yang tidak mampu mengakses pendidikan karena kondisi ekonominya, oleh karenanya sebaran asal siswa yang diterima melalui metode penerimaan ini mengambil bagian penting dari diskusi. Metodologi yang digunakan adalah analisis deskriptif dari tabel dan map untuk mengidentifikasi distribusi sebaran siswa yang diterima dan perhitungan indeks walkabilitas untuk menghitung kelayakan wilayah untuk bisa diakses pejalan kaki. Identifikasi sebaran siswa yang diterima melalui sistem zonasi tidak hanya dari siswa yang diterima berdasarkan jarak, namun juga dari metode penerimaan siswa rawan melanjutkan pendidikan (RMP) yang berasal dari keluarga kurang mampu. Analisis indeks walkability dihitung di beberapa sekolah terpilih yaitu SMP N 1, SMP N 14, SMP N 31 dan SMP N 55 Bandung. Jarak terjauh dari siswa yang diterima dijadikan sebagai batas perhitungan, sehingga setiap sekolah memiliki unit analisis yang sama namun memiliki nilai jarak yang berbeda. Variabel yang digunakan antara lain adalah estimasi potensi pejalan kaki, fasilitas pejalan kaki, kepadatan permukiman, konektivitas jalan dan penggunaan lahan.iv Hasil analisis menunjukkan bagwa system penerimaan siswa baru sudah sesuai dengan kebijakan zonasi, dimana lebih dari 50% siswa diterima melalui metode sub sistem zonasi, yaitu faktor kedekatan lokasi tempat tinggal dengan sekolah. Berdasarkan analisis di sekolah terpilih, kepadatan penduduk dan tipe permukiman di sekitar sekolah mempengaruhi distribusi siswa yang diterima. Faktor lain yang mempengaruhi adalah jumlah siswa yang diterima adalah persentase kelompok usia sekolah dan jumlah sekolah di sekitarnya. Informasi detil terkait permukiman seperti keteraturan bangunan dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang dapat diperhitungkan koeterkaitannya. Hasil perhitungan indeks walkabilitas menunjukkan bahwa di 4 sekolah yang menjadi sample, memiliki nilai indeks yang relatif sama yaitu berkisar di angka 30- 40. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di sekitar sekolah cukup kondusif untuk mendorong anak-anak memiliki pola transportasi aktif. Perbaikan yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah dapat merujuk pada variabel yang memiliki nilai perhitungan renda. Sebagai contoh, di SMP N 55 nilai fasilitas pejalan kaki masih tergolong rendah. Oleh karena itu, perbaikan trotoar dapat menjadi prioritas pembangunan untuk dapat meningkatkan indeks walkabilitas