digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Beny Wahyu Pramono
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Beny Wahyu Pramono
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Beny Wahyu Pramono
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Beny Wahyu Pramono
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Beny Wahyu Pramono
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Beny Wahyu Pramono
PUBLIC Yoninur Almira

2020 TS PP BENY WAHYU PRAMONO_JURNAL.pdf ]
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Negara kepulauan besar yang sangat rawan bencana akibat cincin api dan titik pertemuan tiga lempeng tektonik yang memicu berbagai bencana seismik menjadi ciri khas Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan UU No. 24/2007 tentang mitigasi bencana yang berisi misi untuk meningkatkan resiliensi. Namun dalam hal resiliensi, terutama untuk sektor air minum, regulasi teknis yang belum lengkap menjadi kendala utama, sehingga belum adanya kerangka teknis yang jelas untuk memantau, mengevaluasi, dan mengembangkan sistem komunal yang dimanfaatkan oleh hunian sementara pasca bencana untuk penyediaan layanan air. Untungnya, kajian yang didasarkan pada pendekatan TOSE yang mengandung dimensi teknis, organisasi, sosial, dan ekonomi ini dapat menjadi alternatif solusi untuk mengukur sistem penyediaan air komunal untuk menghadapi kejadian ekstrim, termasuk bencana seismik. Studi ini mengevaluasi penerapan kerangka kerja berdasarkan preferensi pengguna melalui pendekatan TOSE dalam hal penyediaan air komunal. Studi ini juga mencoba untuk mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang mempengaruhi ketahanan pasokan air komunal di lokasi perumahan sementara pascabencana di Kawasan Pasigala. Meskipun kajian ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara resiliensi berdasarkan pendekatan TOSE dan dinamika fungsionalitas penyediaan air bersih pada saat bencana sebagai ukuran utama resiliensi menurut studi konvensional, hasil-hasil peneltian mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan dan keamanan terhadap kejahatan domestik menjadi kritis. faktor ketahanan pasokan air di lokasi perumahan sementara pascabencana di Kawasan Pasigala. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga dan durasi waktu cadangan listrik memiliki hubungan yang cukup besar dengan ketahanan, dan akses cepat ke udara atau layanan keuangan berpengaruh signifikan terhadap kecepatan pemulihan, yang terukur melalui nilai tinggi dalam analisa korelasi. Secara lebih lanjut, hasil studi tersebut memberikan rekomendasi untuk memprioritaskan kondisi lingkungan pada saat pemangku kepentingan membangun fasilitas hunian sementara pasca bencana. Selain itu, disarankan agar pemerintah mempertimbangkan beberapa faktor penting yang telah dijelaskan dalam kajian ini dengan tujuan meminimalkan risiko bencana dan mempercepat proses pemulihan sistem penyediaan air bersih di lokasi hunian sementara pasca bencana.